Koranprabowo.id, Jadoel, BelaNegara :
Potret para penjual asongan menawarkan dagangan mereka kepada penumpang dari keluarga para pejuang yang akan berangkat ke Gombong dari stasiun di Purwokerto, 26 April 1948.

Purwokerto ber-ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Jumlah penduduknya 320.618 jiwa di tahun 2024. Setibanya seorang petinggi Belanda bernama Herman Thomas Kartsen

di Semarang pada 1914. Dia menemui Henri Maclaine Pont, teman Kartsen semasa kuliah di Insitut Teknologi Delf, Amsterdam, Belanda yang sedang merancang Kota Semarang dan kota-kota lainnya di Pulau Jawa, termasuk Purwokerto. Salah satunya mereka merencanakan banyak dibangun pabrik gula disana.


Antara tahun 1946-1947, Belanda ngotot ingin menguasai Purwokerto setelah menaklukan Semarang, segala cara mereka lakukan termasuk ‘adu-domba’ diantara rakyat dimana salah satu targetnya adalah merebut perkebunan tebu dan pabrik gula hingga kemudian tgl. 31 Juli 1947 dengan kekuatan penuh militernya Belanda pun berhasil menguasai Purwokerto.

Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas hingga Cilacap dsb. Kemudian mereka meng-klaim bahwa sejak 4 Agustus 1947 Purwekerto, Cilacap dsb telah mereka kuasai, sebetulnya tidak jua itulah siasat kita, mereka ada ditengah kota sedangkan kita ada disekeliling mereka bersembunyi di hutan, gunung dan hutan lebat menyusun ‘balas dendam.

Untuk kordinasi dan semakin ‘garang’ perlawanan kita kemudian dibentuklah Divisi V Banyumas yang dipimpin oleh Kolonel Sudirman yang membawahi beberapa resimen diantaranya
Resimen 1 Purwokerto dipimpin oleh Letkol Isdiman
- Bataliyon I Purwokerto dipimpin oleh Mayor Imam Androgi
- Bataliyon II Purwokerto dipimpin oleh Mayor Suriawan
- Bataliyon III Purbalingga dipimpin oleh Mayor Suprapto
- Bataliyon IV Banjarnegara dipimpin oleh Mayor S. Taram
Resimen II Cilacap dipimpin oleh Letkol Moch. Bachrun
- Bataliyon I Cilacap dipimpin oleh Mayor Sugeng Tirtosiswoyo
- Bataliyon II Sumpyuh dipimpin oleh Mayor Sundjono
- Bataliyon III Banyumas dipimpin oleh Mayor Wais
- Bataliyon IV Cilacap dipimpin oleh Mayor Brotosewoyo
Itulah taktik yang dilakukan Panglima Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), – Gatot Subroto, bersama Kolonet TNI – Soedirman, dsb disaat mereka lengah maka terjadilah pelaksanaan ‘taktik bumi hangus. TNI (Saat itu bernama TKR) yang dibantu laskar2 rakyat masuk kota merebut kembali wilayah. Gerak perlawanannya mirip siluman, tidak diketahui dari mana mereka muncul , terus menerus, setiap saat. Pagi, siang, malam. Tiada terhitung berapa orang yang gugur karena ini. Yang jelas terhitung tgl. 1 Januari 1949 Belanda ‘kabur’ dari Purwokerto, Banyumas, Semarang , Cilacap dsb. Resminya, 15 November 1949 Belanda menyerahkan kembali semua kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI).
‘Semoga kita tidak melupakan sejarah, Salam Juang Dari Purwokerto.
(Foto.ist)





