Koranprabowo.id, LoveTNI :
Saya hanya mengingatkan saja bahwa di era kemerdekaan pernah ada satuan militer bernama Korps Speciale Troepen (KST; “Korps Pasukan Khusus” Belanda yang dibentuk sebagai mesin pembunuh dan gemar melakukan aksi-aksi brutal di Indonesia. Salah satu contihnya dilakukan di Sulawesi Selatan awal 1947, TRI yang kekuatan senjatanya terbatas digempur habis KST , banyak tentara dan laskar rakyat yang gugur termasuk Kapten Andi Abubakar, komandan Bataliyon I Resimen III Divisi Hasanuddin dengan (maaf) memenggal kepala Kapten Andi dan membawanya ke Pasar Enrengkang.


Atas : Kapten Andi Abubakar & Ilustrasi penggal kepalanya
Mereka mempertontonkan kepala Kapten Andi di tengah pasar untuk melemahkan semangat perjuangan pemuda setempat. Namun mereka salah, perlawanan semakin dahsyat hingga akhirnya terjadilah ‘sweeping’ besar-besaran mereka memburu dan membunuh siapapun yang dianggapnya bisa dibunuh. Jumlah rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban keganasan tentara Belanda hingga kini tidak jelas ada yang menyebut 4.000 orang , 16.000 dan 40.000. Apapun demi perang manusia akan … (maaf) .. lebih’anjing daripada anjing?, seperti itulah almarhum kakek angkat saya seorang alam.purn.TNI-AD pernah mengatakan.
KST beranggotakan prajurit-prajurit pilihan dari berbagai etnis, pasukan baret hijau (para komando) dan berbaret merah (lintas udara) bahkan Kapten J.H.C. Ulrici, salah seorang pemimpin KST dari Kompi Eric, menyatakan bahwa KST pantang membawa tawanan dari suatu operasi. “Kami memburu mereka memang khusus untuk dibunuh,” ujar Ulrici saat diwawancarai Haagse Postedisi Agustus 1965.
Berbagai sumber sejarah menyebut KST sebagai kesatuan militer Belanda yang paling banyak menghabisi nyawa orang Indonesia, militer maupun sipil. Menurut Gert Oostindie, mereka seolah tak terpisahkan dari figur Kapten R.P.P. Westerling. ” Dia seorang yang selalu bangga dengan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya,” ujar sejarawan Belanda itu

Prajurit TNI sebeleum dieksekusi KST di Sulawesi Selatan
Selain di Sulawesi Selatan, KST dianggap bertanggungjawab atas sejumlah pembunuhan massal di berbagai tempat. Sejarawan Belanda Anna Lodt menyebut ratusan (ada yang menyebut ribuan) nyawa dihilangkan KST di Rengat, Riau, pada 5 Januari 1949.
Sebelumnya, KST juga melakukan aksi brutal di Jawa Barat. Dalam catatan A.H. Nasution, pada awal 1948, mereka membunuh 150 orang Indonesia di Tasikmalaya. Di perbatasan Ciamis dan Tasikmalaya, pada 13 dan 16 April 1948, tanpa alasan yang jelas, para prajurit KST menghabisi sekitar 10 penduduk sipil dan membiarkan mayat mereka tergeletak di tengah jalan.

Menurut sejarawan Batara Hutagalung, situasi ini sempat menjadi skandal karena diekspos Mayor R.F. Schill, komandan Yon 1-11-RI, yang muak terhadap perilaku prajurit KST yang dipimpin Kapten Raymond Pierre Westerling . Kepada atasannya, Kolonel M.H.P.J. Paulissen, Schill melaporkan soal ini. Bisa jadi karena laporan ini, beberapa saat kemudian, militer Belanda “memecat” Westerling dari dinas ketentaraan.
(Red-01/Foto.ist).





https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737