Koranprabowo.id, Unik :
Setelah meninggal dunia pada tahun 1568, Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil ) dimakamkan di sebuah kompleks makam yang terletak di Desa Astana Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Tempat sakral ini disebut dengan nama Wukir Sapta Rengga. Jika beliau lahir sekitar thn.1448 dan wafat thn.1568 berarti usianya 120 tahun, masyaallah, wallahualam bishowab.
Area makam ini terdiri dari 9 tingkat, dan pada tingkat ke-9 inilah Sunan Gunung Jati dimakamkan. Sedangkan tingkat kedelapan ke bawah adalah makam keluarga dan para keturunannya, baik keturunan yang dari Kraton Kanoman maupun keturunan dari Kraton Kasepuhan.

Selain itu, Komplek pemakaman Sunan Gunung Jati memiliki 9 pintu. Yaitu ; pintu Gapura, pintu Krapyak, pintu Pasujudan, pintu Ratnakomala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, dan pintu Teratai.
Kemarin lalu (3/11) saya ‘diberikan’ kesempatan lagi untuk kesana ditemani StafSus Bd.Event – M. Febry Ramadhan dan Parliadi – Kord. Sumut 1, kami disana berdoa sebagaimana biasa namun kali ini lebih lama dari saat kunjungan awal (20/10) lalu saat bersama teman-teman Jabar 2; Sinyo, Fahmi, Usuf dan i’o Tarzuki. ‘Entah kenapa?


Disana juga selain makam Sunan Gunung Jati ada juga makam anggota keluarga dan tokoh penting lainnya. Namun makam Sunan Gunung Jati di puncak tertinggi, makam Pangeran Fatahillah (menantu) dan Nyi Mas Rarasantang (ibunya) di dekat makam Sunan Gunung Jati. Yang dikelilingi ring satu beliau seperti makam Kyai Gede Karangampel, Kyai Kalideres, dsb.

Selain itu ada juga Makam istri dan anak-anak Sunan Gunung Jati: Tersebar di area makam. Makam keluarga lainnya: Makam para Sultan Cirebon yang merupakan keturunan Sunan Gunung Jati juga berada di kompleks ini. Makam Putri Ong Tien: Terdapat Lawang Merdu yang dikhususkan bagi peziarah Tionghoa untuk berdoa. Dsb.


Waktu menjelang pekat, awan hitam mulai memayungi area Gunung jati, kami pun bergegas. Insyaallah kami akan kembali, salah satunya adalah ‘silaturahmi’ ke Bale Mande Jajar yang usianya sudah 650 tahun yang merupakan hadiah dari Prabu Siliwangi untuk anak pertamanya – Walangsungsang /Pangeran Cakrabuana dan berada di sebelah kanan sebelum pintu masuk komplek makam Sunan Gunung Jati.


Bale/Balai ini dibuat Prabu Siliwangi pada tahun 1479 untuk anaknya Walangsungsang , anak pertama beliau dengan ibu Nyai Subang Larang yang kemudian Walangsungsang menjadi pendiri dan penguasa pertama Kesultanan Cirebon. Disana juga waktu lalu selain Bale ada juga sebuah kursi Gading Gilang Kencana, kursi kebesaran yang terbuat dari gading gajah yang digunakan sebagai singgasana Walangsungsang dari Prabu Siliwangi yang kini tersimpan di keraton Kanoman.

Just remind, Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi Subang Larang sekitar thn.1422 yang saat itu bernama Pangeran Pamanah Rasa (21 thn) sekaligus beliau masuk Islam , kemudian dikaruniai 3 orang anak, antara lain: (1). Raden Walangsungsang / Pangeran Cakrabuana, lahir thn.1423 (2). Nyai Rara Santang,thn.1426 (3). Raden Kian Santang thn.1427
Nyai Rara Santang kemudian menikah sekitar thn.1447 dengan Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan (Sultan Hud) – seorang penguasa Mesir – Palestina yang masih keturunan Nabi Muhammad SAW dan mempunyai anak bernama Sunan Gunung Djati thn.1448. Adapun Raden Kian Santang (Radja Sangara) ikut mendukung Pangeran Cakrabuana membangun kraton Cirebon dengan kesaktiannya.
BERSAMBUNG
(Foto.ist)