Koranprabowo.id, BelaNegara :
Sikumbang adalah pesawat serang produksi LIPNUR cikal bakal PT Dirgantara Indonesia. Yang dibuat sepuluh tahun setelah Indonesia merdeka, sebuah pesawat tempur untuk kepentingan angkatan udara Indonesia TNI-AU. Pesawat Sikumbang (dengan kode dari pembuat: X-01) adalah pesawat low-wing monoplane yang dibuat di Indonesia pada tahun 1954 sebagai COIN dan pesawat anti gerilya .
Pesawat ini dibuat oleh Marsekal Muda TNI (Anm.) Nurtanio Pringgoadisuryo , perintis industri penerbangan Indonesia.


Dalam pemikirannya, pada waktu itu, Indonesia sedang dilanda banyak pemberontakan. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) sebagai tentara separatis, bertempur secara gerilya dan menggunakan hutan untuk tempat bersembunyi. Satu-satunya cara untuk dapat mengamati dan menyerang mereka adalah dari udara.
Pada hari Minggu tanggal 1 Agustus 1954, Nu-200 yang sudah jadi itu diuji coba terbang untuk pertama kali. Seharusnya Nurtanio yang menjadi test pilot, tapi… entah apa alasannya ……. kemudian diintervensi oleh KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Marsekal Suryadarma. Sebagai gantinya Sikumbang diuji coba oleh Capt. Powers, pilot instruktur dan test pilot berkebangsaan Amerika Serikat yang saat itu disewa oleh AURI untuk melatih calon pilot.

Capt. Powers (ketujuh dari kanan) berfoto bersama dengan Nurtanio (kedua dari kanan) dan anggota beserta istri dari Depo Teknik/Seksi Percobaan.
Oh ya, karena keterbatasan material, beberapa bagian pesawat terpaksa menggunakan kayu, seperti pada bagian sayap belakang. Sedangkan mesin menggunakan de Havilland Gipsy Six I berdaya 200 Tenaga Kuda, bekas pakai pesawat TNI AU

Saat ini hanya Sikumbang-01 yang masih tersisa. Sempat diabadikan menjadi monumen di depan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) sebagai penerus LAPIP atau LIPNUR (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio). Tapi karena ditempatkan terbuka terpapar cuaca sehingga sulit dalam perawatannya, oleh PT.DI (Dirgantara Indonesia) sebagai penerus IPTN, Sikumbang-01 disumbangkan ke TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) dan menjadi koleksi Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta sejak tahun 2017
(Red-01/Foto.ist)








