“PEMILU ADALAH PILIHAN POLITIK , PILKADA JAKARTA GOLPUTNYA 42%. PIYE IKI?”
Koranprabowo.id, OPINi:
Menurut Aristoteles, politik merupakan ”master of science”, maksudnya bukan dalam arti ilmu pengetahuan melainkan ia menganggap pengetahuan tentang politik merupakan kunci untuk memahami lingkungan. Politik tidak bisa dipisahkan oleh dua aspek yaitu konflik dan kerja sama. Dalam sebuah peraturan, bisa saja ada pihak yang tidak dapat menerima peraturan yang telah di tetapkan. Mungkin mereka memiliki perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan dan ketidakcocokan tentang aturan itu sendiri. Hal seperti itu bisa menimbulkan sebuah konflik. Di sisi lain, dalam membuat atau menjalani sebuah aturan, seseorang membutuhkan orang lain agar mendapat tujuan yang mereka inginkan. Oleh sebab itu, muncullah keinginan untuk bekerja sama sehingga konflik dan kerja sama tersebut merupakan hal yang tidak terlepas dari politik. Tetapi bagaimanapun juga, politik seharusnya digunakan untuk menyelesaikan sebuah masalah daripada untuk mencapai suatu tujuan dari suatu golongan tertentu.
Salah satu wujud pelibatan masyarakat dalam proses politik adalah pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Lihat saja saat Pilpres 2024 lalu, dengan jumlah penduduk lebih 279.118.866 juta jiwa, DPT-nya sekitar 204.807.222 juta jiwa dan suara syah lebih dari 164.227.475 juta jiwa (97%), berarti Pilpres 2024 mendapat atensi masyarakat yang maksimal yaitu diatas 81%.

Adapun raihan suara ke-23 paslon saat itu; Prabowo-Gibran 96,2 juta suara (58,5%), Anies-Cak Imin 40,9 juta suara (24,9%) dan Ganjar-Mahfud 27,1 juta atau 16,4%.Selain menghasilkan pasangan Presiden Prabowo Subianto – Wapres Gibran Rakabuming raka untuk thn.2024-2029, kita juga mensyukuri angka golput hanya sekitar 18%.
Silahkan bandingkan dengan Pilkada DKI Jakarta 2024 dimana warga yang tak menggunakan hak pilihnya atau golput mencapai 3,4 juta , satu jumlah tertinggi dalam sejarah pilkada Jakarta. Jika banyak pakar yang mengatakan bahwa Golput adalah representasi kelompok masyarakat yang enggan memberikan suaranya kepada partai politik atau pasangan calon di pemilu karena alasan politis tertentu atau alasan teknis. Juga menjadi simbol protes politik yang digerakkan oleh masyarakat terhadap pemerintahan.
Silahkan check kebenaran angka Golput ini dibandingkan raihan suara dari ke-3 paslon; Pram-Doel – 2,18 juta suara (50,07%), RK-Siswono 1,7 juta (39,4%) dan Dharma – Koen sekitar 459.200-an suara (10,1%). Dan Berdasarkan penetapan KPU, keseluruhan DPT sebanyak 8.214.007 orang. Sementara warga yang menggunakan hak pilihnya sejumlah 4.724.393 orang. Ekstrimnya suara Pram-Doel – 2,18 juta memang tinggi dari 2 paslon lain namun ‘terkalahkan’ oleh Golput yang mencapai 3.489.614 orang (42,48%)

(Red-01/foto.ist)