Koranprabowo.id, Jadoel & Imajiner :
Entah bagaimana cerieranya artis seksi Nikita Mirzani (Nikmir) menikmati julukan yang diberikan peng-idolanya dengan nama/julukan ‘Nyai Nikmir’, padahal dia adalah aktris, model, penyanyi, dan pebisnis Indonesia kelahiran thn.1986. Yang memulai karir televisinya dengan penampilan di Take Me Out Indonesia dan membuat debut filmnya sebagai tambahan di Pikipat Beripun (2010). Dia juga dikenal karena kepribadiannya yang kontoversi, penuh semangat, serta kritiknya terhadap pemimpin Front Pembela Islam (FPI) – Muhammad Rizieq Shihab
Agh sudahlah biarkan Nyai Nikmir dengan kehidupannya, ahahaha.

Apapun Kata “nyai” memiliki beberapa arti, di antaranya sebagai
Panggilan
- Panggilan untuk wanita dewasa di Jawa Barat
- Panggilan untuk wanita yang lebih tua daripada orang yang memanggil
- Panggilan untuk gundik orang asing, terutama orang Eropa
- Sapaan “nenek” dalam masyarakat Betawi
- Sapaan untuk orang yang lebih tua, walaupun tidak memiliki hubungan darah dan kerabat
Gelar
- Gelar untuk istri (nyonya) dari Kyai (gelar ulama di Jawa)
- Gelar untuk wanita terhormat yang bukan keturunan bangsawan
Makna lain
- Dalam bahasa Bali, “nyai” berarti saudara perempuanĀ

Dalam bahasa Sunda, “nyai” merujuk pada “nyonya” atau wanita muda Dalam dialek Betawi, “nyai” merujuk pada “nenek” atau wanita tua Pada zaman kolonial, nyai berada dalam posisi yang tinggi secara ekonomis, tetapi rendah secara moral (?)
Nyai di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Nyai ;1 panggilan untuk orang perempuan yang belum atau sudah kawin; 2 panggilan untuk orang perempuan yang usianya lebih tua daripada orang yang memanggil; dan, 3 gundik orang asing (terutama orang Eropa);
Dalam buku Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda karya Reggie Bay, sang penulis mengatakan istilah Nyai yang digunakan berasal dari bahasa Bali. Kata itu muncul bertepatan dengan momentum perempuan Bali yang juga menjadi gundik atau perempuan simpanan dari orang-orang Eropa.

Kala itu, VOC juga menduduki Pulau Dewata yang dikenal subur pada abad ke-17. Kata ‘gundik’ artinya adalah istri tak resmi dan tidak tercatat dalam aturan perkawinan yang ada.
Tapi juga kerap dikaitkan dengan perempuan pribumi yang menjadi Nyai setelah menikah dengan meneer Belanda serta memiliki anak. Sayangnya status mereka tidak tercatat dalam kenegaraan karena pria Eropa tidak boleh menikah dengan perempuan pribumi.
Namun anehnya dalam beberapa sumber disebut ada 3 Nyai yang populer itu dari Jawa barat saja yaitu Nyai Saritem, Nyai Ameri dan di Cimahi ada Nyai Itih

Nyai Saritem adalah sosok wanita yang digambarkan sebagai perempuan cantik pengelola lokalisasi Saritem di Bandung, Jawa Barat. Nama Saritem sendiri sudah ada sejak era kolonialisme atau sekitar thn.1883-an usia 28 thn. Yang memikat seorang maneer Belanda kemudian dijadikan gundik dan pencari perempuan muda dari berbagai daerah Jawa Barat untuk menjalankan bisnisnya.

Nyai Ameri (Iyi Endah) adalah puteri seorang tukang rebab dari Parakansalak yang dinikahi oleh tuannya dan dijadikan istri resmi . Sang Meneer , Willem Theodore Boreel, pria keturununan Belanda yang lahir di Sukabumi pada 1865 entah bagaimana ceriteranya sangat terpikat kalau pun (maaf) matanya buta sebelah, atau karena dia cantik dan mahir berkuda ?
Nyai Itih merupakan seorang gadis asal Cigugur Tengah, Pada tahun 1919, Itih dipilih oleh seorang pria Belanda bernama Wilem Walraven sebagai gundik. Pria kelahiran 1887 itu datang ke Indonesia (dulu Hindia-Belanda) secara sukarela setelah bergabung dengan Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) dan bertolak ke Indonesia pada tahun 1915.

Teman – teman,
Pastinya istilah Nyai cenderung negatif, jika narasinya berkutet tentang perempuan Indonesia di era baheula yang tak adanya status pernikahan antara wanita pribumi dengan pria Belanda. Padahal, di Indonesia, Nyai memiliki makna yang beragam, mulai dari Nyai atau istri (nyonya) pengasuh pondok pesantren dari Kyai (gelar ulama di Jawa), Nyai di Kalimantan berarti gelar untuk wanita terhormat yang bukan keturunan bangsawan, atau juga Nyai di Jawa Barat yang merupakan sebutan umum untuk wanita dewasa

Pergundikan dan kehidupan Nyai akhirnya berakhir setelah masuknya Jepang pada 1942. Karena banyak Nyai berhasil mencetak para Indo (keturunan Indonesia-Eropa) yang berbudi pekerti luhur, sebagaimana pendidikan moral yang berlaku bagi wanita Jawa. Meskipun banyak dipandang sebelah mata, di balik segala kesan negatif yang disandangnya, Nyai memiliki peran positif dalam kehidupan bermasyarakat yakni sebagai cultural mediator antara budaya Barat dan Timur.
‘Alhamdulilahirabil’alamiin.
(Red-01/foto.ist)





https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737