Koranprabowo.id, Jadoel :
Banyak orang yang mempunyai peranan penting pada sejarah masuknya injil ke Tanah Batak, kini hampir terlupakan. Baik itu FW.Junghuhn, Pieter Johannes Veth, Friedrich Fabri atau pun HN. van der Tuuk, Mereka kini jarang disebut dalam publikasi yang berkaitan dengan sejarah penginjilan di Indonesia. Kami koranprabowo.id Kab. Simalungun (Julwed Manullang, Vien Siregar dan H.Sijabat) merasa penting untuk menyampaikan ini dengan harapan ada manfaat untuk paa pembaca.
Herman Neubronner van der Tuuk (H.N. van der Tuuk); adalah peletak dasar linguistik (pengkaji/ahli bahasa) bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Batak Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali. Di daerah Batak, ia dikenal sebagai “Tuan Pandortuk”

Dia juga pengawal terciptanya Kamus Batak Toba, bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Lampung, dan bahasa Bali. Motivasi yang terutama sebenarnya adalah dalam rangka misi penyebarluasan Injil ke dalam bahasa-bahasa itu
Bagaimana dia memulai membuat Kamus Batak (Nederduitsch Woordenboek), dia mulai dengan mengumpulkan bahan mengenai kebudayaan Batak, dan membuat tata bahasa Batak Toba. Naskah Batak pada umumnya ditulis pada kulit kayu, bambu, dan tulang (biasanya tulang rusuk dan bahu kerbau). Naskah yang terbuat dari kertas adalah naskah yang paling baru karena orang Batak baru mengenal bahan kertas pada abad ke-19 setelah kedatangan van der Tuuk. Sayangnya, 90% naskah Batak tersebut kini berada di luar negeri.

Puing – puing makam Van der Tuuk
Van der Tuuk lahir di Melaka dari seorang ayah berkebangsaan Belanda dan seorang ibu yang separuh Jerman dan separuh Indo. Setahun sesudah Melaka menjadi wilayah Inggris sebagai akibat Perjanjian London (1824) keluarga Van der Tuuk pindah ke Surabaya. Tahun 1836 dia disekolahkan ke Belanda dan mulai tahun 1840 pada usia 16 tahun ia mulai kuliah hukum, di Groningen dan di Leiden. Di sana ia juga mempelajari bahasa Arab, Farsi, dan Sansekerta.

Karena bakatnya yang luar biasa – ia dikatakan bisa mempelajari sebuah bahasa dalam waktu hanya tiga bulan – maka ia dipekerjakan oleh NBG untuk meneliti bahasa-bahasa Batak, dan pernah bertemu dengan Sisingamangaraja sebelum menerjemahkan alkitab injil. Selama berada di daerah Batak (1851-1857) Van der Tuuk menerjemahkan sebagian dari alkitab injil ke dalam bahasa Toba, menyusun kamus bahasa Batak (Mandailing, Toba dan Pakpak) – Belanda, menyusun tata bahasa Toba yang menjadi terkenal sebagai tata bahasa pertama yang ilmiah di Hindia Belanda, dan sebuah kumpulan cerita rakyat dalam bahasa Toba, Mandailing, dan Pakpak

Dia meninggal di Surabaya, 17 Agustus 1894 dan dimakamkan di Pemakaman Belanda Peneleh (Surabaya). Kami tidak melihat apakah di Tanah Batak ada dibuat tugu atau apapun namanya sebagai bentuk penghormatan kepadanya?. RIP.
(V/J/S-Foto.ist)






