Koranprabowo.id, Jadoel :
Diluar pro-kontra berapa lama Belanda menjajah Indonesia, yang dilupakan banyak orang Belanda tidak hanya menguasai tanah dan kekayaan Indonesia, tapi juga mengatur status sosial masyarakat kita dengan sistem yang sangat diskriminatif?
Karena Belanda membagi penduduk Hindia Belanda (Indonesia) dalam 3 (tiga) golongan besar:
1. Golongan Eropa – Termasuk orang Belanda, orang Eropa lainnya, bahkan orang Indo (campuran Eropa dan Indonesia).
2. Golongan Timur Asing – Biasanya orang Tionghoa, Arab, dan India. Mereka punya hak yang sedikit lebih baik daripada pribumi.
3. Golongan Pribumi – Orang Indonesia asli, yang dianggap paling rendah. Haknya terbatas, akses pendidikan dan hukum sangat terbatas.Golongan ni kerap disebut sebagai ‘pribumi.

Penggolongan ini bukan cuma soal status sosial, tapi juga berpengaruh besar terhadap pendidikan, hukum, dan pekerjaan. Akibatnya? Rakyat Indonesia sulit berkembang dan dipaksa untuk selalu “patuh” pada sistem yang tidak adil. Bayangkan… di tanah sendiri, kita dianggap “kelas terendah”.
Sejarah ini penting untuk dikenang, supaya kita sadar betapa pentingnya persatuan dan harga diri bangsa. Jangan biarkan sejarah kelam ini terulang dalam bentuk yang berbeda.

Selama masa pemerintahan VOC (1610–1800), Belanda membangun ekonomi perkebunan secara signifikan di Jawa. Dikarenakan sulitnya mendapatkan pekerja, Belanda mulai menggunakan budak sebagai pekerja di kebun dan pasar buruh didirikan di Batavia.
Hingga kemudian Belanda mendapatkan kritik secara internasional mengenai praktik perbudakan di Hindia Belanda (Indonesia). Pada 1 Januari 1860, Belanda resmi melarang perbudakan di Hindia Belanda. Namun secara diam-diam mereka masih melakukan hingga tahun 1950-an mellui program ‘Kolonialisasi’, menyebarkan masyarakat ke daerah perkebunan mereka, di Lampung, Sumatera, Kalimantan, dsb. Diantaranya mereka juga melakukan penjualan budak wanita dan anak-anak.

Sejarah juga mencatat, bahwa Jawa memiliki letak geografis yang strategis, berada di tengah wilayah Indonesia dan menghadap Samudra Hindia. Ini yang membuat bangsa Eropa melirik Pulau Jawa setelah menjelajah samudra.
Awalnya, Belanda datang dengan misi perdagangan. Namun, setelah berada di Pulau Jawa, Belanda merasa banyak diuntungkan dan akhirnya dibentuklah kongsi dagang Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada 1602. Pada masa ini, bangsa Eropa terus memperebutkan wilayah Jawa dengan niat menjajah dan menguasai segala sumber dayanya. Termasuk bangsa Inggris dan Prancis yang juga ikut datang ke Pulau Jawa.
Untuk menghindari penderitaan ini, banyak orang Jawa yang akhirnya berbondong-bondong ingin bekerja di luar wilayah Nusantara. Beberapa yang berhasil adalah buruh kontrak untuk perusahaan dagang Belanda di Suriname. Pada 1890, sekitar 30.000 imigran asal Jawa yang terikat kontrak dan bebas, akhirnya tiba di Suriname. Ini yang membuat di kemudian hari, terdapat banyak keturunan Jawa yang ada di Suriname.

Untuk kebutuhan militer, Belanda pun bekerja sama dengan Spanyol, Inggris dan Portugis ‘menyamarkan’ budak sebagai tentara pribumi antara thn.1800-an salah satunya bernama ‘JAYENGSEKAR’, “jayeng” berarti kemenangan atau kejayaan, dan “sekar” berarti bunga dimana pasukan ini gabungan dari berbagai wilayah seperti Tegal, Pekalongan, Semarang, Gresik, Surabaya, hingga Sumenep. Selain menjaga gudang, perkebunan juga Anyer-Panarukan dengan berseragam biru, bersenjata kelewang dan pistol, serta berkuda. Dan kemudian secara perlahan sebagai cikal bakal pasukan elite Marsose dalam Perang Aceh, dsb.
(Foto.ist)



GIBRAN – DEDI MULYADI2029: https://www.facebook.com/groups/1352370806000370
KORANPRABOWO FB : https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737


