Koranprabowo.id, Parekraf :
Pernikahan merupakan ikatan yang didasarkan pada cinta dan komitmen untuk saling mendukung serta berbagi hidup. Ikatan itu dianggap sakral dan mengikat sehingga melibatkan berbagai tradisi yang memperkuat hubungan antara pasangan.

Dalam pernikahan budaya suku Batak, ada tradisi bagi mempelai lelaki untuk memberikan MAHAR/SINAMOT . Bagi Suku Batak pemberian mahar atau sinamot untuk mempelai wanita erat kaitannya dengan budaya dan tradisi turun-temurun yang berkaitan martabat keluarga. Bukan hanya sekedar mahar, tetapi sinamot juga sebagai tanda dari kesungguhan dan perjuangan dari mempelai lelaki. Dalam sinamot tidak ada angka pasti, tetapi tergantung dari status sosial calon istri serta kemampuan pihak lelaki.
Biasanya sinamot untuk mempelai wanita dinilai berdasarkan:
- Status keluarga
- Reputasi dari mempelai wanita
- Tingkat pendidikan mempelai wanita
- Profesi mempelai wanita
Seperti apa sinamot itu sendiri?
Sinamot jadi kebanggaan pihak kedua mempelai: Dalam pernikahan tradisi Batak, sinamot jadi lambang kebanggaan. Pada pihak wanita, orang tua akan bangga akan pencapaian anak mereka. Bagaimana status sosial keluarga mereka dipandang dan memiliki reputasi yang baik. Tidak hanya itu tolak ukur sinamot juga dilihat dari tingkat pendidikan wanita hingga profesinya. Sedangkan pada pihak pria menunjukkan bahwa si pria bangga karena mampu memenuhi keinginan keluarga pihak wanita. Inilah juga akan menjadi masalah bagi pria Batak lajang yang ingin menikah namun belum merasa mampu ekonominya?, tidak juga banyak cara lain sebagaimana budaya Batak.
(Foto.ist)







