Koranprabowo.id, Jadoel, BelaNegara :

Di masa lalu, Belanda masuk Kab. Simalungun diperkirakan sejak thn.1820-an, namun perlawanan demikian keras khususnya dari Partuanan Raya yang dipimpin oleh Tuan Rondahaim Saragih Garingging bersama rakyat. Tuan Rondahaim Saragih Garingging gelar Raja Raya Namabajan ini kebetulan juga adalah penguasa ke-14 Partuanan Raya. Tuan ini lahir pada tahun 1828 di Juma Simandei, Sinondang, Pamatang Raya, ibu kota Partuanan Raya. Ayahnya, Tuan Jinmahadim Saragih Garingging gelar Tuan Huta Dolog, adalah penguasa Partuanan Raya. Ibunya, Puang Ramonta boru Purba Dasuha, adalah putri dari Guru Raya.

Raja Raya Namabajan dijuluki pemerintah kolonial Belanda sebagai Napoleon der Bataks (Napoleon-nya orang-orang Batak) karena perlawanan hingga akhir hayat melawan  upaya penaklukan Partuanan Raya oleh Belanda.

Tegasnya, pada masa pemerintahan Tuan ini tidak kenal kompromi apalagi setelah Belanda secara sadis melakukan pembunuhan kepada rakyatnya dengan alasan ‘pemberontak’.

Tuan ini melakukan perjuangan dengan cara ‘gerilya’ keluar masuk hutan dan naik-trun gunung, sepertinya alam menjadi kekuatan Tuan dalam menjalankan perjuangannya. Bahkan Belanda pun melakukan sayembara membunuh Tuan dan segala cara lainnya, namun rakyat tetap bersama Tuan apapun resiko termasuk nyawa sekali pun.

Tuan ini juga melakukan kordinasi dan aliansi perjuangan bersama tokoh lainnya dan hasilnya memang luar biasa sebagaimana serangan yang dilakukan di benteng Belanda di Pematang Siantar tahun 1883 lalu, Tuan bersama aliansinya sangat memanfaatkan alam sekitar yang dipenuhi hutan dan pegunungan terjal termasuk karena persenjataannya yang tidak maksimal. Belanda pun secara perlahan mundur hingga perbatasan kota Medan.

Tuan ini telah belajar banyak dari perjuangan tokoh Batak lain juga perjuangan masyarakat Jawa, Aceh dsb. Perlawanan bersama rakyat semesta sekitar abad ke-19 sering mengandalkan alam, aliasi dan gerilya. Saat mendengar bahwa Belanda dengan kekuatan militer yang cukup besar akan menangkapnya saat gerilya diwilayah Rayakahean , Tuan Randahaim mengatur strategi bersama para ketua aliansi dan para ketua adat memimpin ribuan laskarnya dengan cara menebangi pohon-pohon besar yang melintang di Dolog (Gunung) Simarsopah. Belanda yang mengetahui jalannya terblokade pun kewalahan dan tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya tempat blokade pasukan Belanda itu diberi nama Pangolatan (tempat menghadang Belanda) yang sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat. Dan dalam situasi terjebak, Tuan dan pasukannya mudah mengalahkannya

Kesehatannya semakin berkurang ditambah lagi dengan adanya ‘pengkianatan’ dari beberapa tokoh lain karena tergoda rayuan Belanda dengan uang dan jabatan, sekujur tubuh Tuan membengkak dan tidak dapat diobati sehingga Juli 1891, Tuan Rondahaim meninggal dunia di Rumah Bolon Raya

Juga dibangunnya RSUD TUAN RONDAHAIM SARAGIH oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun sebagai bukti kami tidak akan pernah melupakan jasa-jasa Tuan ini. RIP. Semoga surgalah tempatnya, amen.

(JVJ/Foto.ist)

@koranjokowi.com

@koranjokowi

HOME

https://koranjokowi.com/embed/#?secret=qvb2Sf1Kxv#?secret=Oyhil2IABJ

@.koranprabowo.id

@koranprabowo.id

https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737

Please follow and like us:
error0
fb-share-icon20
Tweet 20
fb-share-icon20

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Anda suka dengan berita ini ?