Koranprabowo.id, Mistis, Parekraf :
Horas, Mejuah-juah, Ya’ahowu.
ISTANA BATU TULIS adalah salah satu tujuan wisata saya jika ke Kota Bogor, salah satu yang menarik minat adalah ada isu di dalam sana ada kursi peristirahatan Bung Karno yang menghadap arah Gunung Salak, pernah berputar ke balik sendiri tidak lama Kota Bogor pun diterjang badai. Juga ada isu jika di Istana ada ular besar dan maung yang nampak di malam tertentu.
Bahkan sekitar tahun 2003 ada isu juga jika halaman gerbang pernah ditemukan jejak kaki raksasa dengan besarnya lebih dari 1 meter bahkan tanahnya seolah hangus. Sebelumnya, malamnya hujan badai dan petir. Tahun 2023 saya meminta PimRed untuk mengantar kesini ingin membuktikan itu semua, kalau pun PimRed hanya ‘menepuk jidat.

Istana Batu Tulis adalah salah satu dari enam istana kepresidenan yang lokasinya tidak jauh dengan lokasi Prasasti Batu Tulis, yakni sama-sama di Jalan Batu Tulis, Bogor. Istana Batu Tulis berada di kompleks bangunan bersejarah bernama Hing Puri Bima Sakti.
Istana ini memang milik Bung Karno, hasil sumbangan dari para konglomerat Indonesia yang kemudian diserahkan kepada Bung Karno yang idenya dari Sri Sultan HB IX karena beliau tidak memiliki rumah, meski sudah menjadi presiden.

Awal sebelum ditempati Bung Karno, bangunan ini milik ahli vulkanologi Belanda bernama Abraham Riebeeck pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Abraham Riebeeck mendirikan tempat ini sebagai ‘kantor’ untuk mengamati kondisi Kota Bogor atau Buitenzorg sekitar tahun 1704 pasca-meletusnya Gunung Salak pada tahun 1699.

Saat ini, Istana Batu Tulis berada di atas lahan seluas 3,8 hektar. Pada tahun 1960, sebelum Bung Karno menetap disana beliau sengaja lebih dulu berkeliling Kota Bogor dengan menggunakan helikopter. Dia semakin tertarik apalagi selain asri juga dekat sungai Cisadane dengan pemandangan mengarah Gunung Salak. Kemudian meminta arsitek RM Soedarsono untuk membuat istana menyerupai Istana Tampak Siring, di Bali.

Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah hak pengelolaan Istana Batu Tulis menjadi milik negara melalui Keppres No 2 Tahun 1973. Pada awal Orde Baru, Istana Batu Tulis menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno. Setelah itu, pada zaman Presiden Abdurrachman Wahid, kepemilikan Istana Batu Tulis diserahkan kembali kepada keluarga Soekarno.

Saat di area Prasasti Batu tulis, PimRed tampak sedang bicara dengan seorang pria tua dipintu gerbang. Katanya dia dari Cianjur juga selain ingin ke Prasasti ingin juga masuk kedalam Istana namun tiada penjaga, “Kemarin malam dia bermimpi melihat Paduka sedang jalan-jalan di halaman dalam istana”, kata PimRed setelah ibu itu berlalu entah kemana.

Kangen ingin kembali ke Batu tulis lagi, jadinya.
(BDG/Foto.ist)






