Koranprabowo.id, OPINi :
Kalau pun terjadi kontroversi, jauh sebelum tahun 150 M diceritakan ada sebuah Kerajaan besar diujung barat pulau Jawa (Sekarang – Banten) yang bernama ‘KERAJAAN SALAKANAGARA’, Dari beberapa sumber disebutkan nama rajanya adalah Dewawarman I (Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara), seorang pedagang yang datang dari India yang dikirim untuk menjalin hubungan perdagangan di Yawadwipa/Javadhipa – pulau penghasil biji-bijian , Pulau penghasil Padi, yang kemudian disebut PULAU JAWA.

Arti Salakanagara pun bermacam arti/versi, namun banyak yang menyebutnya sebagai ‘Negara Perak. Juga keberadaan kerajaan dan ibukota (Rajaputera)-nya ada yang menyebut di Cihunjuran, Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang,di Pakuan/pakwan (Bogor), di Teluk Lada (Pandeglang, Banten), di Condet (Jakarta) dan di Gunung Salak (Bogor). ‘Eheheh.

Kerajaan ini juga dianggap sebagai leluhur dari suku Sunda, karena wilayah dan peradaban keduanya sama persis. Dan disebut dalam Wangsakerta Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara, yang disusun pada abad ke-17 oleh dewan yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta -Cirebon menyebutkan bahwa kerajaan Salakanagara didirikan oleh Dewawarman I, yang memerintah antara tahun 130-168 M.
Setelah menetap lama di (sekarang) Teluk Lada, Pandeglang beliau menikahi putri dari Aki Tirem, kepala daerah setempat. Dari pernikahan ini, lahir Dewawarman II, yang kemudian menjadi raja kedua Salakanagara. Hubungan ekonomi pun semakin kuat dengan kerajaa/negara lain seperti dinasti Han pada abad ke-3 M.
Kerajaan Salakanagara berlangsung selama 232 tahun, dengan 11 raja yang memerintah secara turun-temurun. Raja terakhir Salakanagara adalah Dewawarman IX, yang memerintah pada tahun 362 M, kemudian berubah menjadi KERAJAAN TARUMANAGARA karena memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, perak, rempah-rempah, dan kayu.
Hingga di era RAJA PURNAWARMAN thn.394-434 M, raja ketiga Tarumanagara, beribu kota “Sundapura”, sekitar utara Jakarta dan Bekasi sekarang. Hingga kemudian di era Raja Maharja Linggawarman (666-669 masehi) untuk menghindari konflik satu darah kemudian ‘menyetjui’ muncul dua kerajaan lagi yaitu Kerajaan GALUH, thn. 612-702 M dan Kerajaan SUNDA di Pakuan/Bogor thn.932-1579 Masehi , yang dipisahkan oleh sungai Citarum sekarang.

Hingga pada tahun 1428, dua kerajaan ini bersatu kembali berkat terjadinya pernikahan Jayadewata dari Galuh dengan Nyai Ambetkasih dari Kerajaan Sunda. Diceritakan kemudian mereka hijrah ke Pakuan/Bogor dengan rombongan ribuan prajurit dan segala perbekalan yang panjangnya konon lebih dari 5 kilometer dan menempuh waktu berhari-hari berjalan kaki dari Ciamis ke Pakuan/Bogor untuk menuju Istana Kerajaan Pajajaran (Yang diduga saat ini adalah Kebun Raya Bogor)?

Saat ini jarak dari Ciamis ke Bogor, dengan mobil dan tol sekitar 238 km, atau 147 mil.
Ya singkat ceritera, Kerajaan Galuh & Sunda bersatu di bawah pimpinan Jayadewata yang menyandang gelar Sri Baduga Maharaja (1428-1521) dengan nama KERAJAAN PAJAJARAN dan Raja Jayadewata pun dikenal dengan nama PRABU SILIWANGI.
PRABU SILIWANGI kalau pun pakar perang dan orang sakti/digjaya namun dia mengikuti para leluhurnya khususnya Raja Salakanagara untuk ‘tampil bersahaja’ , fokus memakmurkan ekonomi rakyatnya dengan pertanian yang menghasilkan sayuran, buah-buahan padi hingga lada, irigasi, peternakan, infrastruktur, dsb sehingga beliau merasa perlu memiliki enam buah pelabuhan dan itu sangat membantu pertumbuhan sektor ekonomi bagi kerajaan. Karena distribusinya selain ke kerajaan lokal juga lintas internasional; Portugis, Arab, dan Tiongkok
‘Kalau pun ada khilaf, saya mohon maaf.
‘Jangan tertipu sejarah yang dibelokan
‘Aing Sunda !
(Red-01/DennyQ-Foto-video.ist)






https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737
PRABU SILIWANGI RAJA PAJAJARAN TOLERAN & ISLAMI.
