Koranprabowo.id, Jakarta, Parekraf :
Ditulisan saya sebelumnya, telah dikupas tentang sejarah Lokalisasi Kramat Tunggak , yang awalnya adalah lokalisasi untuk pelacuran yang pernah ada di daerah Kramat Jaya, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia. Namun kini telah ditutup dan diganti dengan Jakarta Islamic Centre (JIC)
Menjelang akhir ditutupnya Lokres Kramat Tunggak tahun 1999, jumlah WTS – Wanita Tuna Susila disana mencapai lebih 1.615 orang di bawah asuhan 258 orang germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar. Hal ini menimbulkan masalah baru bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta. Sehingga muncul desakan dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ini ditutup.

Pada 31 Desember 1999, Lokres Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998. Selanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks lokres Kramat Tunggak kemudian dibangunlah JIC dimulai thn.2021
Pembangunan memakan biaya yang cukup besar, yakni sebesar Rp700 miliar untuk mendirikan masjid, gedung sosial budaya, serta rangkaian bangunan wisma. Setelah digunakan pertama kali sebagai tempat salat jumat berjamaah pada 2002, Masjid Raya Islamic Center diresmikan oleh Sutiyoso pada 4 Maret 2003.
Tak hanya menjadi sebuah bangunan masjid, berdasarkan SK Gubernur DKI No.99/2003, pemerintah kemudian juga memberikan arahan untuk adanya pembentukan organisasi dan tata kerja badan pengelola pusat pengkajian dan pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Center). Selanjutnya pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.

Denyut nadi kota dan masyarakat pun perlahan ikut bangkit dengan adanya JIC termasuk para UMKM sekitar, karena pengunjung JIC bukan saja dari lokal namun juga wisatawan asing khususnya dari Malaysia, Brunei Darussalam, dsb. Jika saya amati lebih dari 50 UMKM ada disana.
Oh ya, Kubah Masjid Raya JIC Rabu (19/10/2022) sempat terbakar, sehingga cukup mengganggu aktifitas warga dan ini juga berbekas kepada sepinya pembeli produk UMKM.
Atas saran PimRed maka hari ini (22/2) saya menelusuri tempat ini, tampak para pedagang mulai menyusun lapaknya menjelang sore yang terdiri dari berbagai produk jualan. Pakaian muslim , elektronik, dsb. Pengunjung pun mulai sesak sehingga memacetkan lalu lintas disana.


Saya pun menemui seorang penjaga/pedagang disana, namanya Marno pedagang aneka jenis sandal , dalam beberapa menit kemudian saya paham bahwa dia mengeluh karena pembelinya sangat sedikit terutama pasca Covid19, dia juga menyalahkan maraknya penjualan melalui aplikasi online.
“Sebentar lagi Ramadhan, biasanya pembeli akan berkurang drastis hingga seminggu sebelum Lebaran. Apa karena sudah dapat THR, dan pembeli pun pasti ramai hingga menjelang malam takbiran”, kata Marno di iyakan seorang ibu , pedagang baju pria, wanita dan anak anak yang ada disebelahnya.
Juga dikatakan mereka Persaingan dagang di depan JIC ini semakin parah setelah dibangunnya Koja Trade Mall dan Pasar Koja yang lokasi nya berdekatan dengan UMKM di JIC.
Oh ya, Wisma Jakarta Islamic Centre (JIC) Koja, Jakarta Utara, sempat juga digunakan untuk mengisolasi pasien Covid-19 dengan daya tampung lebih dari 200 orang sebagaimana Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 979 Tahun 2020 yang diteken pada 22 September 2020.
(RB/Foto.ist)





https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737
