Koranprabowo.id, Parekraf :
Waduk Rawa Badak adalah salah satu waduk di Jakarta Utara yang berfungsi untuk menanggulangi banjir. Nama Rawa Badak diperkirakan berasal dari kata bahasa Sunda “rawa badag” yang berarti rawa yang besar atau luas.
Waduk Rawa Badak yang berada di Jalan Inspeksi Kali Sunter, Kecamatan Koja, Jakarta Utara ini memiliki luas 7,17 hektare dengan pompa stationer sebanyak 9 unit sehingga mampu mengatur debit air yang dialirkan melalui sungai atau saluran air. Hal ini dapat mencegah debit air berlebihan yang melewati sungai atau saluran air saat musim hujan tiba, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

Sekitar akhir tahun 2024 usai Pileg DKI Jakarta, saya menemani PimRed dan bang Budi D.Ginting – Kord.Koranjokowi.com & Koranprabowo.id ‘main’ kesini, saya nggak tahu ada kepeningan apa abang-abang ini kesini hampir beberapa kali.
Yang saya tahu sebagai warga lokal disini, waduk ini selain berfungsi sebagai penyedia air bersih, waduk ini juga menjadi tempat rekreasi dan pengembangan ekowisata bagi masyarakat setempat.

Dibangun pada tahun 1966, Waduk Rawabadak memiliki luas area sekitar 90 hektar dengan kapasitas tampung yang cukup besar. Air dari waduk ini digunakan untuk kebutuhan air bersih sebagian wilayah Jakarta Utara, membantu memenuhi kebutuhan air sehari-hari penduduk, pertanian, dan industri di sekitarnya.

Lukisan minyak di atas kancas berjudul Kastil Batavia karya Andries Beekcman (1661). Lukisan menggambarkan pasar Batavia (di Jakut?) dengan latar belakang benteng VOC. Tampak orang Jawa menjual buah-buahan, orang China menjual ikan, dan orang Maluku bermain bola rotan. Di pasar itu dapat ditemui orang Jepang, Indonesia, dan “mardijkers” atau budak bebas yang ditandai dengan kaos bergaris-garis yang dikenakan, serta pasangan Belanda-Indonesia yang berjalan dipayungi budak. Lukisan ini dipajang di ruang Oost-Indisch Huis di Amsterdam.
Selain menjadi sumber air, Waduk Rawabadak juga menawarkan potensi pariwisata yang menarik. Di sekitar waduk terdapat area hijau yang luas yang sering digunakan untuk piknik, olahraga, dan kegiatan rekreasi lainnya. Aktivitas memancing juga populer di waduk ini, dengan keberadaan berbagai jenis ikan yang dapat ditemui di dalamnya. Jika menjelang sore hingga dini hari trotoar/pedestrian akan penuh oleh UMKM.
Saat ngopi subuh di malam terkahir disini saat itu, saya pernah dengar bisik PimRed ke Bang Budi bahwa dahulu kala Kapitan Cina pertama di Batavia, Souw Beng Kong bersama beberapa pasukannya ‘bersembunyi sementara’ di Rawabadak sebelum mereka juga ngungsi ke Lasem d, Jatim an Banten. Sampai saat ini, sumpah, saya tidak paham semua ini.
Nah, jadi apa tujuan PimRed dan Bang Budi ini sampai kesini beberapa kali ,tengah malam hingga dini hari?, juga hanya diam disatu titik , yang langganan tukang kopinya pun hanya ditempat itu. Anehkan?
Pastinya hanya Tuhan Yang Lebih Tahu, wkwkwkw.
(RB/foto.ist)





https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737

“OEI, TERLIHAT DI WADUK RAWABADAK JAKARTA UTARA?”
“OEI, TERLIHAT DI WADUK RAWABADAK JAKARTA UTARA?” Koranjokowi.com, OPINi : Setelah terjadi peristiwa Geger Pacinan . Tragedi Angke / Chinezenmoord (“Pembunuhan orang Tionghoa”) oleh Belanda (VOC) tahun 1740 lalu. Dimana ini merupakan akumulasi ‘ketakutan’ Belanda kepada […]