Lestari menilai Rahma telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2009 mengenai Lambang Negara dan tidak menjalankan kebijakan MPR dalam menjaga dan mensosialisasikan empat konsensus kebangsaan.

Kemudian dia pun mengklarifikasinya. Namun surat pemecatan keluar tgl. 13 Desember 2020 dengan nomor surat 003/LM/MPRRI/XII/2020, yang intinya Rahma dipecat karena tidak menjalankan tugasnya.

Masih kata Nenenk, Tidak terputus disana, setelah hampir 2 tahun belakangan dia berkelompok dengan ‘barisan sakit hati’ , dia pun kerap ikut mengumbar caci-maki dan fitnah kepada Jokowi dan Gibran sesuka hatinya. Teman-teman, …. Lawan dari ‘hilang akal’ adalah akal sehat dimana merujuk pada kemampuan seseorang untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, serta kemampuan untuk memilih tindakan yang tepat. Bahkan dalam Islam dan ilmu jiwa, hilang akal disebabkan stress, depresi, marah, dengki , putus asa, dsb.

Juga kata Nenek, semua agama mengatakan jika seorang tidak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan tidak dapat mengendalikan tindakan dan perkataannya. Maka tergolong orang yang ‘hilang akal. Islam pun meminta umatnya untuk memelihara akal dengan mengharamkan dua hal: mafsadat hissiyah dan mafsadat ma’nawiyah. (Yang pertama) adalah keadaan di mana manusia menjadi hilang akal, seperti gila, tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan, omongannya ruwet dan kacau. (Yang kedua), karena adanya pandangan – pandangan keliru sehingga yang bersangkutan tidak dapat berpikir secara benar dan sejalan dengan syariat

Entah ada angin apa pula, 2 pekan lalu, dia pun menciptakan puisi dengan judul ANJING KURAP, yang disebarkan melalui medsos, publik menuding puisi ini sepertinya ditujukan untuk Jokowi?, mengapa tidak ‘to the point saja mengumpat Jokowi kenapa harus sembunyi sebagaimana engkau melecehkan Pancasila?

Kata Nenek, Rahma tidak hilang akal namun dia belum mampu memenej dirinya lebih bijak, apalagi usia telah diatas kepala 4 dan berhijab pula sehingga saat membacakan puisinya ini terlihat basa-basi , tidak sesungguhnya sebagai pembaca puisi profesional, dan dia memang hanya mengumpat dan mencaci-maki tidak lebih dari itu sebagaimana teman-temannya yang lain.

Masih kata Nenek, seorang Mukmin yang benar, bukanlah seorang yang banyak mencela, bukan yang banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula orang yang omongannya kotor. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam suri tauladan kita, bersabda: “Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat”

LALU RAHMA INI SIAPA ?

‘Ehehehe

(Red-01/Foto.ist)

… apakah dibawah ini balasan untuk puisi ANJING KURAP itu? …

@koranjokowi.com

@koranjokowi

GIBRAN – DEDI MULYADI2029: https://www.facebook.com/groups/1352370806000370

HOME

@.koranprabowo.id

@koranprabowo.id

KORANPRABOWO FB : https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737



Please follow and like us:
error0
fb-share-icon20
Tweet 20
fb-share-icon20

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Anda suka dengan berita ini ?