Koranprabowo.id, Parekraf :
Karinding merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda ,Bahan utama pembuatan karinding biasanya adalah bambu, namun ada juga yang terbuat dari enau. Karinding berarti, “ka” yang berarti “sumber” dan “rinding” yang berarti “bunyi”. Interpretasi lain mengaitkannya dengan doa kepada Yang Maha Kuasa, sesuai dengan asal kata “ka-ra-da-hyang”.
Awalnya, Karinding sebagai alat untuk mengusir serangga dan burung di sawah. Bagi masyarakat adat Kanekes atau Baduy musik karinding dianggap sebagai hiburan untuk anak-anak Nyi Pohaci Sanghyang Asri, sang Dewi Padi. Selain itu, karinding digunakan sebagai alat musik yang mengiringi kegiatan sosial seperti nganjang atau berkunjung ke lawan jenis.

Di kalangan rakyat umum, karinding adalah alat musik pertanian dan alat ritual yang dimainkan dalam berbagai acara. Di kalangan para pemuda Tatar Sunda, karinding populer sebagai alat musik pergaulan. Di Banten, karinding dimainkan sebagai alat musik permainan anak-anak
Ada beberapa tempat yang biasa membuat karinding, seperti di lingkung Citamiang, Pasirmukti, Cineam, (Tasikmalaya), lingkung Karinding Sadulur (Kasalur), Cikunten Mangkubumi, (Tasikmalaya), Lingkung Karinding Tunggal Ciamis, Lewo Malangbong, (Garut), dan Cikalongkulon (Cianjur) yang dibuat dari pelepah kawung (enau).
Di Limbangan dan Cililin karinding dibujat dari bambu, dan yang menggunakannya adalah para perempuan, dilihat dari bentuknya saperti tusuk biar mudah ditusukan di sanggul rambut. Dan bahan enau kebanyakan dipakai oleh lelaki, bentuknya lebih pendek biar bisa diselipkan dalam wadah rokok. Bentuk karinding ada tiga ruas.
Kapan KEMENPAREKRAF melakukan festival Karinding tingkat nasional?
(DQ,Foto.ist)





https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737