Koranprabowo.id, Parekraf :

Dada ini terasa sesak saat kaki pun melangkah kehalaman Rumah Bekas Kediaman Bung Karno ini, entah mengapa. Satu penantian waktu yang telah lama terpendam sebagai putra daerah untuk hadir kesini. Terbayang bagaimana beliau dan istri tercinta, Inggit Ganarsih dibuang dari pulau Jawa , pengorbanan yang tiada ternilai materi, alhamdulillahirabil’alamin, panas terik Ramadhan 1446 H ini bahkan terasa lebih sejuk dari hari biasanya.
Oh ya, dari Kota Bengkulu menuju Rumah Bekas Kediaman Bung Karno, waktu yang ditempuh sekitar 10-20 menit dengan jarak 2 kilometer.
Rumah ini dikenal juga dengan Rumah Pengasingan Bung Karno. Lokasinya terletak di Jalan Jeruk yang sekarang berganti nama menjadi Jalan Soekarno Hatta di Kota Bengkulu. Rumah tersebut merupakan rumah yang pernah ditempati oleh Presiden Ir. Soekarno/Bung Karno. Beliau menempati rumah ini pada tahun 1938 hingga 1942.

Bung Karno & Ibu Inggit menjejakkan kaki di Kota Bengkulu pada tanggal 14 Februari 1938, setelah di Ende, Flores thn.1934 – 1938. Ibu Inggit demikian setia mendampingi beliau selama pengasingan kalau pun kemudian disini mengenal Fatmawati dan menikahinya.
Saat tiba di Bengkulu, telah diketahui tokoh pergerakan kemerdekaan di Bengkulu. Kemudian diberikan penginapan di Kelurahan Pintu Batu Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Beliau di sana selama satu minggu, sayang saya tidak tahu bagaimana kabar penginapan ini.

Di rumah ini, tersimpan benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah, termasuk saat beliau menyusun strategi perjuangan selama di pengasingan. Pembagian ruangan dan penataan koleksi benda bersejarah di rumah ini disusun dengan rapi dan teratur.
Ada ranjang besi yang pernah dipakai Soekarno dan keluarganya, koleksi buku yang mayoritas berbahasa Belanda serta seragam grup tonil Monte Carlo asuhan Soekarno semasa di Bengkulu. Ada juga foto-foto beliau dan keluarganya yang menghiasi hampir seluruh ruangan dan yang tidak kalah menarik adalah sepeda tua yang dipakai Soekarno selama di Bengkulu

Saat memasuki ruang tidur beliau terasa wewangian demikian semerbak atau perasaan saya saja, entahlah kharisma beliau terasa dalam sehingga saya terus berdoa dalam hati memanjatkan doa kepada beliau dan ibu Inggit yang saya rasa mereka hadir saat ini. Tersenyum.
“Allahummaghfir lahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu.”
“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkan dia, dan maafkanlah dia.”
“Allahumma ajirhu min ‘adzabil qabri wa min ‘adzabin naar.”
“Ya Allah, lindungilah dia dari siksa kubur dan dari siksa neraka.”
Aamiin YRA.
(Red-01/Foto.ist)






