Koranprabowo.id, Parekraf, Mistis :
Raja Silahisabungan adalah generasi ke lima dari Siraja Batak, disebut juga nenek moyang warga Batak marga Silalahi Nabolak. Raja hidup sekitar tahun 1200 atau abad ke-13. Dikisahkan suatu waktu melakukan perjalanan untuk manopot hula-hula, atau bersilaturahmi menuju keluarga besar raja Pakpak Bharat. Saat sampai di perbukitan yang kini menjadi Desa Silalahi, sang istri, Pinggan Matio boru Padang Batang Ari, mengaku kelelahan dan ingin minum.


Karena jauh dari mata air, ia kemudian merenung dan berdoa kepada ‘Debata Mula Jadi Nabolon /Tuhan Yang Maha Kuasa’ dalam kepercayaan Batak. agar bisa mendapat air bersih untuk diminumkan kepada istrinya. Pastinya hal ini tidak sekejap mata, ada sebagian sumber mengatakan prosesnya hingga malam hari. Sang Raja demikian sabar sambil terus berdoa bersama istri dan para pengikutnya disana. Sembari memukul-mukul tongkat, tak disangka air yang amat deras keluar dari tanah dan sangat jernih tanpa bau.
Saat air keluar, Raja Silahisabungan lantas mempersilakan sang istri untuk duduk di bawah air dan menadahkan tangannya. Air kemudian diminum oleh Pinggan Matio perlahan-lahan, hingga rasa hausnya hilang.
Setelah rasa hausnya hilang, air masih terus mengalir bahkan tak berhenti sama sekali. Raja tersebut kemudian berpesan kepada keturunannya bahwa mata air bisa digunakan secara bijak, termasuk untuk memohon rezeki dan jodoh.
Tentunya dengan beberapa catatan, wajib membawa sirih dan jeruk purut sebagai Parsantabian atau oleh-oleh bagi leluhur di sana. Parsantabian ini kemudian diletakkan di jojong, yaitu bangunan khas Batak, yang terletak di sebelah mata air.

Arti Aek Sipaulak Hosa Loja adalah “Air pelepas dahaga”.
Air ini kemudian dikenal berkhasiat untuk kesehatan , pengobat berbagai penyakit termasuk yang memiliki hajat ingin menikah namun belum memiliki pasangan bisa berikhtiar di tempat ini.
Lokasi mata air ini berada di perbukitan di Desa Silalahi 1, Kecamatan Silahisabungan yang berhadapan langsung dengan Tao (danau) Silalahi. Jadi, masyarakat yang berkunjung ke lokasi ini juga akan dapat menikmati keindahan Tao Silalahi.
Oh ya, Jika Raja Silahisabungan adalah generasi ke lima dari Siraja Batak maka Raja Sisingamangaraja XII adalah generasi ke-19 (wafat 1907), anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20


Saya tidak paham detilnya, dimana makam Raja dan istrinya namun ada berdiri Tugu Makam Raja Silahisabungan di Silalahi Nabolak, Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara

Hal lain yang wajib diketahui,
pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan dari daging, atau yang perempuan datang saat menstruasi. Saat mandi di Aek Sipaulak Hosa, pengunjung juga diharuskan menggunakan basahan (pakaian) dan jeruk purut sebagai pengganti sampo dan sabun.
Di samping itu, pengunjung juga dilarang berkata kotor dan berperilaku tidak sopan selama berada di area mata air, demi menjaga suasana yang sakral. Untuk melaksanakan ritual, pengunjung disarankan untuk mengenakan ulos sesuai dengan anjuran Raja Silahisabungan.
(Foto.ist)








