Koranprabowo.id, Ekbis :
Sementara dunia mendorong inovasi energi bersih, temuan baru anak bangsa
berupa bahan bakar alternatif “Bobibos” (Bahan Bakar Original, BBM alami /bioethanol) dari jerami ), seolah dicibir pemerintah. Publik menyebut fenomena ini sebagai ironi klasik: ketika potensi besar lahir dari rakyat, pemerintah justru sibuk mengatur rapat untuk membahas alasan kenapa belum bisa mendukungnya. “Kalau ini ditemukannya di luar negeri, mungkin sudah dipajang di depan istana sebagai simbol kebanggaan nasional,” ujar seorang peneliti independen yang enggan disebut namanya. “Tapi karena lahir dari garasi seorang anak bangsa, mungkin dianggap belum instagramable untuk dilaporkan ke publik.”

Dan memang, hingga kini, belum ada pernyataan resmi yang menunjukkan komitmen penuh pemerintah
untuk mengembangkan Bobibos BBM kecuali wacana pembentukan tim kecil sebagai alasan menjawab, “nanti dulu”. Di media sosial, warganet menyindir, “Inovasi anak bangsa selalu diuji dua kali: pertama di laboratorium, kedua di meja birokrat.” Sementara itu, aktivis energi menyebut pemerintah seharusnya memberi ruang lebih luas bagi terobosan lokal, bukan hanya bangga saat ada penghargaan dari luar negeri. Sementara negara lain berlomba menjadi pionir teknologi, Indonesia tampaknya masih terjebak dalam kebiasaan lama: menyambut ide besar dengan tepuk tangan kecil, lalu membiarkan potensi besar itu mencari nasibnya sendiri.

Namun terakhir, Gub.Jabar – Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat adalah satu-satunya kepala daerah yang membuka diri, menemui penggagas dan mengatakan dia akan mendukung dengan biaya pribadi. ” Jangan tunggu pemerintah, butuh waktu lama regulasinya.” KDM mungkin menangkap jika Bobibos ini
dikembangkan di negara lain, kemudian berhasil lalu kemudian mereka meng-import ke negara ini. Prihatin dan memalukan!
(Foto.ist)
