Koranprabowo.id, Parekraf :
Candi Brahu merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Majapahit yang terletak di Trowulan, Jawa Timur. Dengan arsitektur memukau dan cerita sejarah yang menarik, candi Brahu menyimpan berbagai misteri dan keunikan yang layak untuk ditelusuri. Dalam pembahasan kali ini, kita akan mengungkap keunikan serta sejarah yang melingkupi candi Brahu. Menurut sejarah candi Brahu diyakini dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-15 Masehi.

Sementara nama “Brahu” diperkirakan berasal dari istilah “Wanaru” atau “Warahu,” yang merujuk pada bangunan suci sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Alasantan. Candi Brahu pertama kali mencuri perhatian dunia pada tahun 1815, ketika Sir Thomas Stamford Raffles, seorang gubernur jenderal Britania Raya di Jawa, menemukannya dalam penjelajahannya. Berdasarkan berbagai sumber sejarah, candi Brahu diduga berfungsi sebagai tempat pembakaran jenazah para raja Majapahit. Meskipun teori ini populer, hingga kini belum ditemukan bukti arkeologis kuat yang mendukung asumsi tersebut. Terlepas dari itu, candi Brahu juga erat kaitannya dengan aktivitas keagamaan dan upacara penting pada masa Majapahit. Dari segi arsitektur, candi Brahu memiliki bentuk yang khas dengan bahan utama berupa batu bata merah. Bangunan candi Brahu berbentuk persegi panjang dengan dimensi sekitar 22,5 meter x 18 meter dan tinggi mencapai kurang lebih 20 meter. Atapnya yang meruncing menjadi ciri menonjol candi-candi peninggalan Majapahit. Selain itu, candi Brahu dihiasi oleh relief-relief yang menggambarkan berbagai cerita keagamaan sekaligus kehidupan sehari-hari di masa lampau.

Meski sebagian relief telah mengalami kerusakan akibat usia, kehalusan serta detail seni ukiran yang tersisa tetap memancarkan keindahan budaya masa itu. Candi Brahu tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menawarkan pengalaman berharga bagi siapa pun yang ingin memahami lebih jauh warisan budaya Indonesia. Melestarikan dan merawat candi Brahu berarti turut menjaga jejak leluhur serta meneruskan nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi berikutnya. Dengan begitu, marilah bersama-sama terus menggali dan memperingati kekayaan sejarah yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia.
(RH/Foto.ist)






