Koranprabowo.id, OPINi:
Pagi tadi saya mendengar orang bicara disebuah warung kopi area Jakarta timur, yang satu mengatakan tentang program 100 hari dari pasangan Gubernur Pramono – Wagub Doel , namun tidak ada program KETERSEDIAN AIR BERSIH . Yang satu merasa ada program itu dalam 100 hari kerja. Saya diam saja kalau pun sebagai warga Jakarta.
Saya pun menelepon PimRed, “Iya sih dari 11 program kerja mereka memang tidak spesifik soal itu. Khususnya ketersediaan Air bersih dan air layak minum”, kata PimRed.

Padahal Air bersih layak minum menjadi permasalahan global yang tengah mengancam kota-kota besar di dunia. Seperti di Jakarta , selain menghadapi ancaman kenaikan air laut sebagaimana satu tahun belakangan dimana titik banjir semakin meluas karena ROB pantai utara Jakarta pastinya air darat pun tercemar oleh air laut.

Pram-Doel harus memikirkan sumber air di Jakarta dengan menambah sumber-sumber air. Kualitas air di Jakarta utara itu berbeda dibanding air di Jakarta barat, dsb. “Pram-Doel harus fokus juga soal ini, karena air bersih, air layak minum atau air sehat adalah hak warga dan dikosumsi setiap saat warga Jakarta yang jumlahnya lebih dari 11,3 juta orang dan tersebar di 1 kabupaten, 5 kota administrasi, 44 kecamatan danĀ 267 kelurahan dan 1.367 RW”
Warga Jakarta hidup dalam bayang kondisi air tanah yang kualitasnya makin menurun dan tidak layak konsumsi, sebagaimana dikatakan P. Raja Siregar, dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Nasional tahun 2024 lalu.Air tanah di Jakarta antara lain telah tercemar Ecoli, dan intrusi air laut yang hingga kini telah sampai ke daerah Slipi, Jakarta Barat. “Sekitar 50 persen warga Jakarta mengonsumsi air tercemar yang diambil dari sumur mereka, karena hanya 50 persen warga yang tersambung oleh pipa PAM,” tambahnya.
‘Paham?
(GusmarA/foto.ist)




https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737