Koranprabowo.id, Unik :

“Dang adong naso tarpatupa ni Debata.”
(Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.)

Pernyataan “Bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37) bahwa tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan atau terjadi jika Allah berkehendak. Allah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya dan mampu mengubah apa pun menjadi mungkin.

Sebagaimana adat/budaya/suku lainnya, dalam adat Batak, keluarga memiliki peran sentral yang menganut sistem patrilineal, namun peran ibu sangat penting dalam menjaga keseimbangan dan kelancaran rumah tangga. ‘Bagi Allah tidak ada yang mustahil.Itu dulu kita yakini.

Benar, jika keluarga adalah pondasi utama dalam menjaga stabilitas dan harmoni dalam masyarakat Batak. Keluarga bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak dalam nilai-nilai budaya dan adat istiadat, serta mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.

Dalam budaya Batak, keluarga memiliki peran penting dalam menjaga kekuatan dan kekokohan keluarga. Ibu seringkali menjadi kekuatan utama dalam mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anak, meskipun dalam sistem patrilineal, laki-laki memegang peran utama.

Keluarga Batak memiliki peran penting dalam melestarikan nilai-nilai budaya, termasuk tradisi, ritual, dan bahasa. Orang tua, terutama opung (kakek dan nenek) menjadi agen dalam melestarikan nilai-nilai budaya, seperti Dalihan Na Tolu, yang mewakili tiga pihak dalam pernikahan adat. Keluarga Batak sangat mementingkan memiliki keturunan, karena keturunan adalah sumber keberhasilan dan kehormatan dalam masyarakat Batak.

Keluarga Batak berusaha menjaga kehormatan keluarga dan marga. Hal ini mencakup perilaku anggota keluarga yang baik, menjaga hubungan yang baik dengan kerabat, dan mendidik anak-anak agar menjadi individu yang sukses dan dihormati.

Burju Do Ho Inang

Karya : Riris Mariani Saragi

Songon balga ni aek na di binanga i
Songoni ma balga ni holong mu tu hami ianakhon mu
Sian sude pangalaho hu
Nadenggan manang na roa
Nang di sude hahuranganhu
Sai tontong do dianju ho au borumon
Dang tarbalos au inong sude na burju mi
Haduan tahe naeng pasangaphon hu do ho
Naeng baloson hu do sude burju mi
Sian na metmet sahat tu na magodang
Tontong do disarihon ho au borumon
Aha pe na hujalo sai diradoti ho do
Nang di sada tingki, lao ma au maninggalhon ho tu tano parjalangan i
Denggan do dipaborhat ho da inong
Dipodai hodo borumon huhut ma didok ho
“Burju burju ho sikola da inang, asa hasea ho”
Ingoton hu do sude podami da inong
Ganjang ma umurmi
Anggiat boi ho bahenon hu sonang

Ibu yang baik
Seperti besarnya air yang mengalir di sungai
Seperti itulah besar kasihmu pada kami anakmu
Dari semua sifat dan perbuatanku
Yang baik dan yang buruk
Dan dengan semua kekuranganku
Kau selalu menyayangiku
Semua kebaikanmu tidak akan terbalas ibu
Nanti jika sudah waktunya
Aku akan membalas semua kebaikanmu
Mulai dari kecil sampai besar
Kau selalu menyediakan apapun bagiku
Apapun yang kuminta selalu kau berikan
Seiring berjalannya waktu, aku harus pergi meninggalkanmu untuk mengejar cita-cita
Kau memberangkatkan ku dengan baik ibu
Kau memberikan nasehat mu, lalu berkata
“baik-baik kau sekolah ya, agar tercapai cita-cita mu”
Aku akan selalu mengingat nasehat mu ibu
Semoga ibu diberi umur yang panjang
Agar aku dapat menyenangkan hatimu

Puisi diatas menceritakan tentang perjuangan seorang ibu kepada keluarga dan anaknya. Berbagai cara dilakukan agar anaknya mendapatkan yang terbaik. Dan disisi lain, si anak harus pergi meninggalkan ibunya untuk mencapai cita-citanya agar dia bisa membalas semua kebaikan ibunya.

Dengan demikian, sebagaimana keluarga lainnya. Dalam keluarga Batak satu sama lainnya saling mendukung dan mengingatkan hal hal positip agar semua berjalan baik karena semua memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan adat, nilai-nilai budaya, dan hubungan sosial sekitarnya. Dan seorang ibu dalam keluarga batak ibarat ‘mercusuar hidup setelah Tuhan.

(Foto.ist)