Koranprabowo.id, Profile :

Hampir sepekan lamanya acara Haul ke-21 Alm. Prof. DR. KH. MA. Fuad Hasyim , Pesantren Buntet, Kab. Cirebon, Jawa Barat. Di hari Sabtu, tgl. 29/11 lalu. Namun dalam catatan kami, Koranprabowo.id ada satu hal yang menarik dan sulit dilupakan adalah dikala K.H. M. Faris Al Haq Fuad Hasyim (Gus Faris), Pengasuh PP Nadwatul Ummah Buntet, Kab. Cirebon yang juga berlaku sebagai ‘tuan rumah’ acara itu memberikan pidatonya.

Yang bahkan semakin kami yakini apa yang telah kami gelari Kyai muda ini sebagai ‘orator pancasilais’ memang tidak salah. Dimana beliau dengan nada dingin dan tegas saat itu mengatakan jika kondisi kerusakan yang terjadi di tubuh PBNU saat ini, telah mencederai nama besar dan keagungan Nahdlatul Ulama (NU).

Sebelumnya banyak orang yang mencemooh adanya konflik di PBNU yang kemudian membuat gaduh, maka wajar jika Gus Faris ini mengatakan bahwa di era kepengurusan PBNU saat ini yaitu Rois Aam -KH Miftahul Ahyar, Gus Yahya, dan Gus Ipul memang keterlaluan, bermain sendiri dan banyak masalah.

Pada kesempatan yang berbeda sebelum Haul ke-21, Gus Faris cicit Kyai Abbas Buntet – Singa Dari Barat ini mengatakan dan mengajak warga nahdliyin untuk menjadikan NU sebagai organisasi (jam’iyyah) yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan bangsa, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu. “Dan karenanya, PBNU harus tetap dijaga dan tegak berdiri terhindar dari badai dan mudharat yang lebih besar”, tegas Gus Faris.

Entah terkait dengan pidato Gus Faris atau tidak , yang jelas para ulama lainnya kemudian mengikuti sikap Gus Faris ini seperti yang terjadi di Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri dimana Gus Yahya dan Gus Ipul yang berencana ‘sowan’ , namun para ulama dan kyai sepuh disana enggan menemui mereka.

Jauh hari pula, Gus Faris pernah mengatakan kepada Koranrabowo.id di kediamannya (25/10), bahwa Kebijakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini memang kontroversial dan membuat gaduh. Maka wajar jika dirinya dan para ulama termasuk para kyai muda mendorong digelarnya Muktamar Luar Biasa (MLB) PBNU. Dengan catatan tidak akan memilih Rois Aam -KH Miftahul Ahyar, Gus Yahya, dan Gus Ipul. “Gerakan ini muncul karena adanya keprihatinan dari banyak pihak di tingkat struktural maupun kultural NU dan MLB sesuai dengan AD/ART organisasi”, tutup Orator Pancasilais asal Buntet ini.

(Red-01/Foto.ist)

Please follow and like us:
error0
fb-share-icon20
Tweet 20
fb-share-icon20

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Anda suka dengan berita ini ?