Koranprabowo.id, HotNews :
Hampir sepekan ini Tagar #PrayForSumatera trending bersama dengan penyebutan daerah “Aceh”, “Sibolga”, dan “Padang” pada puluhan ribu cuitan demikian marak. Selain banjir dan longsor, yang mengakibatkan lebih dari 300 jiwa tewas ini ada dugaan akibat gempa bumi dengan magnitudo (M) 6,3 di Sinabang, Kabupaten Simeulue, Aceh juga Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B di Selat Malaka. Dua siklon itu disebut menyebabkan hujan lebat dan angin kencang di kawasan Sumut. Namun kelompok advokasi lingkungan Walhi meyakini, banjir dan longsor di 11 kabupaten/kota Sumatera dsb. Namun disaat yang bersamaan selain longsor , sungai-sungai pun dipenuhi sampah ‘gelondongan kayu’ sebesar gaban. Kemudian berbagai sumber menyebut ‘gelondongan kayu’ ini akibat penebangan kayu liar dan pertambangan emas yang diduga dioperasikan PT.AR?

Korban terbanyak tersebar di Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Pakpak Bharat, dan Tapanuli Selatan. Tragedi ini pastinya menyesakan dada kalau pun ini takdir Tuhan. Apalagi sebagian ummat nasrani akan disibukan dengan kegiatan Hari Natal 2025 mendatang.
Disisi lain, kita semua sedang digaduhkan dengan dugaan Kasus 250 ton beras impor di Sabang masih berlanjut. Gubernur Aceh Muzakir Manaf, terus mendesak pemerintah ‘melepaskan’ beras asal Thailand yang disita itu. Juga, Muzakir memprotes pernyataan Amran Sulaiman yang menuding impor beras itu sebagai tindak pidana, dan menyayangkan Amran yang mempertanyakan nasionalisme. Itu dinilai menyudutkan Aceh sebagai bekas daerah konflik.

Disatu sisi, Deputi Bidang Koordinasi Tata Niaga dan Distribusi Pangan Kemenko Pangan, Tatang Yuliono menegaskan, tak pernah memberi izin impor 250 ton beras ke Sabang. Tatang yang memimpin rakornis eselon I pada 14 November 2025 itu mengatakan, pada rakornis tersebut Kemenko tidak menyetujui impor beras. Rakornis dilakukan sebagai langkah mitigasi, antisipasi, dan responsif, karena diketahui ada pergerakan beras dari Thailand ke Sabang.
‘Lagh..
(Foto.ist)