Koranprabowo.id, Unik :
Kali ini kami tidak bicara tentang Gajah liar di Kec. Air Sugihan, Kab. Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera selatan. Namun ada kaitannya atas ini, kali ini kami bicara tentang Kerajaan Sriwijaya yang berdiri abad ke-7 -ke-11. Lokasi ibukota Sriwijaya berada di Kota Palembang, tepatnya di muara Sungai Musi. Dalam Bahasa bahasa melayu kuno, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan vijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”; dengan demikian, nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”.

Sriwijaya yang dipimpin oleh 9 raja menjadi simbol kebesaran Sumatra awal, dan salah satu kerajaan terbesar Nusantara. Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Bangsa Arab menyebutnya Sribuza dan Khmer menyebutnya Malayu.

Pada abad ke-8, untuk mengembangkan kekuasaan di laut termasuk Sungai Musi dan Selat Bangka Raja ke- 5 Sriwijaya – Balaputeradewa pun membangun angkatan laut Sriwijaya diperkirakan lebih dari 100 armada kapal laut dengan 20.000 prajuritnya.
Penggunaan Gajah selain alat transportasi dan armada perang dibuktikan dengan ditemukannya banyak arca Gajah di kab. Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, dan Empat Lawang yang berkembang secara bertahap sejak 3.000 tahun silam. Secara umum, keberadaan gajah saat itu menunjukkan hewan itu sangat penting bagi masyarakat di masa tersebut. Gajah memiliki peran yang luas sebagai alat angkut, alat transportasi, hingga lambang kekuatan dan kebesaran penguasa. Untuk itu, gajah sangat dihormati.
Maka kami yakin jika Gajah liar yang hidup di Kabupaten OKI, terutama di sekitar Kecamatan Air sugihan dan Cengal adalah ‘warisan’ kerajaan Sriwijaya. Percaya tidak percaya, saat musim penjarahan terhadap warisan kerajaan Sriwijaya di kab. OKI, Gajah gajah itu akan muncul disana seolah menjaga dan mengusir para penjarah khususnya di kec.Cengal. ‘Wallahualam bishowab.
(Foto.ist)