Koranprabowo.id, Politik :
Teman teman relawan dimana saja berada,
Begitu masif cemooh Jokowi-Hatters kepada Jokowi dikaitkan tentang penting/tidaknya bicara di sidang umum PBB. Yang kemudian berimbas kepada Presiden Prabowo. Semoga ada manfaatnya.
.
ERA PRESIDEN SUKARNO
Saat pidato di SU – Sidang Umum PBB tgl.30 September 1960, dengan pidato berjudul “To Build the World Anew” beliau mengatakan pentingnya solidaritas antarbangsa, bahkan menawarkan konsep Pancasila sebagai ideologi alternatif bagi dunia.

Karena dianggap PBB tidak bersikap, kemudian, sejak tgl. 1 Januari 1965 Sukarno mengatakan Indonesia keluar dari PBB karena dianggap PBB berpihak kepada Malaysia yang saat itu sedang berkonflik dengan Indonesia. Dan di era Presiden Suharto tgl. 1 September 1965, Indonesia masuk kembali ke PBB dengan alasan menjaga Indonesia karena ‘diisolir barat.

Karena tidak ada perubahan di PBB kembali, Presiden Jokowi saat sambutan di sidang Konferensi Asia Afrika 2015, Bandung (22/4/2015) secara terbuka mengatakan jika PBB ‘tidak berdaya’ dalam menghadapi ketimpangan global, dan ketidak adilan sikap politik khususnya di negara negara Asia Afrika. Bahkan Jokowi meminta agar PBB ‘Direformasi. Sikap keras ini pun didukung oleh para kepala negara/perwakilan yang hadir saat itu, dan membuat PBB dan sekutunya ‘ciut dan tepok jidat’.

Maka wajar jika kemudian beliau tidak pernah mau bicara di SU- PBB, ehehe. Thn.2018, beliau mengutus Wapres – Jusuf Kalla untuk hadir. Tahun 2020-2021 pun beliau melalui daring karena Pandemi Covid 19, yang intinya mengatakan jika Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional tidak diindahkan PBB, sedangkan ASEAN sangat komitmen untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. PBB bukanlah sekadar sebuah gedung di kota New York tetapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.
Tahun 2022-2024, pun beliau tidak hadir dan meminta Menteri Luar Negeri – Retno Marsudi yang datang di Sidang Umum PBB.
.
Salahnya dimana?
.
Kasus matinya microphone hampir satu menit saat Presiden Prabowo pidato di SU – PBB (23/9) mengenai konflik Israel – Palestina. Diluar masalah tekhnis, kita kecewa atas semua itu. Bahkan kita berpikir’ada kesengajaan’ untuk mempermalukan Presiden Prabowo yang sedang gencar ‘memediasi – perdamaian’ konflik Isrel – Palestina. Sayangnya Kemenlu ‘excuse’ dengan mengatakan bahwa setiap kepala negara hanya mendapat jatah waktu 5 menit untuk pidato.

Menlu Sugiono bahkan mengatakan mikrofon otomatis mati setelah waktu yang ditentukan habis karena Presiden Prabowo berbicara lebih lama dari alokasi waktu, sehingga mikrofon terputus menjelang akhir pidato. Pertanyaan kita selaku relawan, apakah sebelumnya tidak ada ‘recheck’ antara naskah yang akan dibacakan dengan waktu yang disediakan?, ini kelalaian Menlu Sugiono dan jajarannya.
Sukarno, Jokowi dan Prabowo punya sikap tegas kepada PBB.
Tidak hanya omon omon dan seremonial.
.
Paham?
(Red-01/Foto.ist)
