Koranprabowo.id, Politik :

Brett Laursen, Profesor di Florida Atlantic University (FAU) mengatakan beberapa orang memulai pertemanan karena memiliki kesamaan, seperti hobi atau sifat. Juga kesehatan mental termasuk kecocokan didalamnya. Dimana Semakin tinggi kesamaan (similarity) maka semakin tinggi juga pembentuk persahabatan. Sebaliknya, semakin rendah kesamaan (similarity) maka semakin rendah pula
pembentuk persahabatan

Tahun 2023, SBY menerbitkan Buku merah berjudul “The President Can Do No Wrong”: Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi. Buku ini berisi pandangan dan pemikiran SBY mengenai dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, khususnya terkait pernyataan dan tindakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai “cawe-cawe” (ikut campur) dalam urusan suksesi kepemimpinan nasional.  , buku ini menjadi sorotan karena dinilai menyerang Jokowi dalam urusan Pilpres 2024.

Buku SBY itu kemudian dikomentari oleh Presiden Jokowi. Pada tahun lalu, Jokowi mengatakan tak perlu khawatir soal cawe-cawe dalam Pemilu 2024. “Saya kira sudah berulang kali saya sampaikan bahwa penyelenggara pemilihan umum itu adalah KPU,” kata Jokowi, Senin (3/7/2023). Juga, Jokowi mengatakan pemerintah hanya memberikan dukungan, baik dari sisi keamanan maupun distribusi logistik kepada KPU terkait pelaksanaan Pilpres 2024.

Rabu (21/2/2024), dalam kegaduhan itu, tiba-tiba AHY dilantik oleh Jokowi menjadi Menteri ATR/BPN di Istana Negara, Jakarta, menggantikan Hadi Tjahjanto yang dilantik menjadi Menko Polhukam. Sontak kegaduhan buku itu seketika ‘lenyap dari muka bumi.

Bulan Agustus 2025, ke- 3 orang yang kemudian diledek relawan Jokowi sebagai ‘Tiroris (Roy Suryo , Rismon Hasiholan Sianipar dan Tifauzia Tyassuma) menerbitkan buku ‘Jokowi’s White Paper’ setebal hampir 700 halaman. Mereka menyebut buku itu sebagai ‘popular science’ yang menggabungkan fakta historis dengan analisis ilmiah, bukan sekadar tudingan politik.

Buku ini kata mereka memuat banyak hal ‘keganjilan’ Jokowi, kriminalisasi terhadap Bambang Tri Mulyono dan Sugi Nur Rahardja yang pernah mempertanyakan soal ijazah Jokowi. Skripsi Jokowi di UGM 99,9% palsu, Dsb.

Kita pasti masih ingat apa yang dikatakan Bambang Wuryanto (Bambang Pacul), politikus dan senior ‘moncong putih’ tentang “Jangan Lawan Orang Baik. Kalah Kau Sama Orang Itu”, yang kita pahami itu ‘pembelaan’nya kepada Jokowi yang dikuyo-kuyo musuh politiknya diluar nalar dan etika.

Lawan dari “orang baik” bukanlah penjahat, tetapi mereka yang menyepelekan integritas. Maka, ketika seorang tokoh politik “melawan” figur yang oleh publik sudah dianggap baik, bersih, dan jujur, ia akan menghadapi kekuatan yang tak terlihat namun nyata: simpati publik.

Dalam beberapa sumber lain dikatakan, Terdapat beberapa kesamaan perilaku umum yang sering kali muncul saat individu atau kelompok mengekspresikan kebencian, meskipun konteks dan targetnya bisa berbeda. Kebencian cenderung mendorong pandangan “kita versus mereka” (us versus them) . Ini menciptakan jurang pemisah yang jelas antara kelompok yang membenci dan kelompok yang dibenci, dan untuk memvalidasi kebenciannya, individu atau kelompok sering menyebarkan kebohongan, disinformasi, atau propaganda yang menguatkan narasi negatif tentang kelompok yang dibenci.

‘Yang menjadi pertanyaan kok modusnya sama, buku.

‘Paham?,

‘Ehehehe..

(Red-01/Foto.ist)

Please follow and like us:
error0
fb-share-icon20
Tweet 20
fb-share-icon20

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Anda suka dengan berita ini ?