Koranprabowo.id, Profile :
KH FARIS FUAD HASYIM (GUS FARIS)
(DEWAN PAKAR KOMUNIKASI , INVESTASI DAN 4 PILAR DEMOKRASI KORANPRABOWO.ID)
Bismillahirahmanirahiim, Assalamualaikumwrwb, salam sejahtera untuk kita semua. Demokrasi ialah bentuk pemerintahan yang seluruh rakyatnya memiliki kesetaraan hak dalam keputusan yang dapat memengaruhi kehidupan warga negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari ‘demos’ dan ‘kratos/cratein’ yang berarti pemerintahan rakyat. Sesuatu yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928 yang tutup usia di Tanah Suci Makkah Almukarromah pada 6 Agustus 2019 di usia 90 tahun. Adalah ulama kharismatik idola Gus Faris, yang selalu mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali kepada anugerah Allah SWT, yakni Persatuan Indonesia.
Yang kerap mengatakan bahwa Persatuan Indonesia dan kerukunan antarumat manusia di Indonesia dimulai dari rumah tangga, yang terdiri dari sepasang laki-laki dan perempuan serta dibentuk dengan perkawinan menurut aturan agama. “Harus ada rumah dan tangga untuk menciptakan rumah tangga, artinya rumah berdiri sendiri juga tidak bisa, harus ada tangga. Seperti itulah demokrasi Pancasila yang kita terapkan, menghargai perbedaan sebagai rahmat Allah SWT” ujar Mbah Moen.
Masih kata Gus Faris, pemerintahan yang berdasarkan demokrasi melindungi dan mengizinkan warganya ‘ bersuara’ , menyampaikan aspirasi secara langsung demi kebaikan negara. Dalam demokrasi ada pilar demokrasi, dengan kata lain ‘Trias politica, yakni yudikatif, eksekutif, dan legislatif.

“Islam dengan demokrasi tidak bertentangan selama tidak mengembangkan iklim kebebasan yang mutlak. Namun, Demokrasi akan bertentangan dengan Islam jika kemudian mengembangkan paham kebebasan yang absolut sehingga segala sesuatunya menjadi kebablasan dan bebas nilai. Kita lihat fenomena ini di media sosial saja, bagaimana sipembuat konten begitu bebas mencaci-maki, fitnah dan ujaran kebencian. Disaat dihadapkan pada sangsi hukum KUHP atau UU ITE, mereka menyebutnya kriminalisasi,” kata Gus Faris lagi
Islam sendiri pada dasarnya adalah demokrasi, masih kata Gus Faris – Pengasuh PP. Nadwatul Ummah, Buntet, Kab. Cirebon. Yang juga cucu KH Abbas Abdul Jamil (Kyai Abbas Buntet /Macan Cirebon – Panglima Perang 10 November 1945) ) dan putra KH. Prof Dr MA Fuad Hasyim (Gus Hasyim, pendiri sekaligus pengasuh pertama PP. Nadwatul Ummah, Buntet, Kab. Cirebon).

Hal ini didasarkan pada beberapa hal. Pertama, Islam adalah agama hukum dengan pengertian agama Islam berlaku bagi semua orang tanpa memandang kelas, struktur sosial masyarakat miskin dan berada semuanya diberlakukan sama di hadapan hukum. Kedua, Islam memiliki asas permusyawaratan (syura). Artinya seluruh perkara-perkara yang dihadapi dibicarakan bersama di antara mereka. Ketiga, Islam juga menganjurkan umatnya agar senantiasa bersikap ‘Tabayyun , crosscheck, sikap tidak mudah percaya pada sesuatu atau seseorang sebelum mendapatkan informasi yang benar pada sumbernya secara langsung.
Seiring waktu, selain Trias politica (yudikatif, eksekutif, dan legislatif) akhirnya masyarakat menyetujui jika Pers/media sebagai pilar demokrasi ke-empat, dimana Pers punya hak untuk mengawasi kerja yudikatif, eksekutif, dan legislatif secara obyektif dan profesional. Hal ini dikuatkan saat Presiden Jokowi tahun 2015 lalu membuka Hari Pers dengan mengatakan jika pers telah sukses mengawal gelaran demokrasi yang dikenal sebagai pemilihan umum terumit di dunia. Bahkan Jokowi menegaskan jika peran pers dalam pemerintahan sangat besar, baik dalam mewartakan agenda pemerintahan ataupun memberikan kritik kebijakan pemerintah.

Dalam Islam, pers yang ideal harus memiliki landasan etika dan moralitas yang kuat, seperti amanah, akuntabel, dan menjunjung maslahah (kemaslahatan). Peran pers dalam perspektif Islam adalah sebagai pendidik (murabbi), pembaru (mujaddid), pemersatu (muwahid), dan pelurus informasi (musaddid). “Semoga Koranprabowo.id dapat memformulasikan semua dengan baik khususnya dalam ikut serta mendukung program kerja ASTA CITA Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, Demokrasi kita adalah Pancasila, Pers kita juga taat Pancasila”, tutup Gus Faris.
‘Insyaallah
Wassalamualaikum wrwb,
(Red-01/Foto.ist)