Koranprabowo.id, BelaNegara :
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta ratusan pulau-pulau kecil, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 pulau dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Beribukota Pangkalpinang, dan Kab.Bangka Barat adalah salah kabupatennya. Beribukota di Muntok, dengan jumlah penduduk lebih dari 216.000 , 8 kecamatan dan 6 kelurahan 60 desa di tahun 2024 lalu.
Kami mempunyai banyak pejuang dan pahlawan, diantaranya adalah Depati Amir kelahiran Mendara, Bangka, tahun 1805 – merupakan salah satu pahlawan nasional dari Bangka yang disyahkan oleh Presiden RI Joko Widodo, Kamis (8/11/2018) lalu di Istana Negara, Jakarta, melalui Keppres Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Depati Amir adalah seorang putra dari bangsawan Bangka yang bernama Depati Bahrin.Pada tahun 1830, Amir diangkat menjadi DEPATI, sebuah gelar dari Kesultanan Palembang untuk seorang kepala sebuah atau beberapa kampung.
Saat itu Belanda menguasai tambang timah tanpa memberikan pajak kepada rakyat, maka Amir dan rakyat melawan, kekuatannya semakin bertambah disaat bergabungnya laskar rakyat Melayu Bangka maupun Tionghoa Bangka. Termasuk banyaknya bantuan senjata baik dari lokal maupun dari Singapura. Perlawanan Depati Amir meluas di sepanjang pesisir timur Bangka

Tercatat beberapa pimpinan laskar Tionghoa yang menjadi baris terdepan melawan Belanda adalah ; King Tjoan seorang mantan mandor tanah (di Blinyu), Budjang Singkep, Akei Asan (si Hasan), Oeibin, Bengol, Tata, Dayo, Dasum, Ko So Sioe seorang mantan centeng di tambang Singlo Sungailiat, Lannang Amo, The Ling le, Lo Adijien, Iksam Moksin dan Katak dari Pangkalpinang. Sementara dari laskar pribumi, Demang Sura Menggala adalah bertugas membuat sabotase dan mencari dana perang.
Keberadaan Depati dan pasukannya sulit dilacak Belanda karena mereka bergerilya , muncul tiba-tiba menyerang markas Belanda juga melakukan sabotase membakar tambang Sungailiat dan menebarkan racun pada nasi yang akan dihidangkan kepada tentara Belanda.

Sampai kemudian Belanda melakukan sayembara sejumlah uang (1000 gulden) untuk menangkap hidup-mati Depati Amir, ini yang menggoyahkan 7 orang panglima dan 36 pasukannya tgl. 7 Januari 1851, dengan menjebaknya disekitar hutan Mendu Barat, merekalah yang memberitahukan Belanda tempat markas Depati Amir. Mereka dibawa ke Kupang, NTT hingga meninggal tanggal 28 September 1869 serta dimakamkan pada TPU Islam Batu Kadera-Kupang,NTT.
Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Depati Amir dan Stadion Depati Amir, Pangkal Pinang. Pada tahun 2018, bersama lima tokoh lainnya, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Setelah Depati Bahrin wafat, Perang Bangka tidak terhenti begitu saja. Adiknya, Hamzah atau dikenal juga sebagai Cing, yang meneruskan bahkan lebih brutal pasukannya mencapai puluhan ribu. Hamzah pun dijadikan penasihat bagi raja-raja di Timor dan juga turut aktif menyebarkan agama Islam di Pulau Timor.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk DEPATI AMIR oleh Presiden Joko Widodo, sesuai Keppres Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
(Foto.ist)





