Koranprabowo.id, Parekraf :

Es krim Ragusa, salah satu kuliner legendaris di Jakarta,
telah bertahan sejak era kolonial Belanda pada 1930. Berlokasi di Jalan Veteran I,
tidak jauh dari Masjid Istiqlal, gerai ini tetap menjadi tujuan favorit lintas
generasi. Dengan bahan dasar susu segar tanpa pengawet, Ragusa menghadirkan tekstur
lembut dan cita rasa autentik yang membedakannya dari es krim komersial lainnya. Meski
banyak pelanggan bertanya mengapa toko ini tidak membuka cabang lain, pemilik memilih
untuk mempertahankan konsep klasik yang telah melekat selama puluhan tahun.

Gerai ini didirikan oleh dua bersaudara asal Italia, Luigi dan Vincenzo Ragusa, yang
datang ke Batavia pada 1930-an untuk belajar menjahit. Di Bandung, mereka bertemu
dengan seorang peternak sapi yang memberikan pasokan susu segar, yang kemudian mereka
manfaatkan untuk membuat es krim ala Italia. Sejak berjualan di Pasar Gambir pada 1932,
popularitas Ragusa terus meningkat hingga akhirnya mereka membuka gerai permanen di
Jakarta pada 1947. Pada 1970-an, Luigi dan Vincenzo kembali ke Italia dan menyerahkan
usaha ini kepada Guntoro dan istrinya, Hj. Sias Mawarni, yang merupakan karyawan setia
mereka.

Industri es krim di Indonesia semakin berkembang sejak 1980-an dengan masuknya
berbagai merek besar. Namun, Ragusa tetap bertahan karena menawarkan es krim tanpa
busa, yang berbeda dari produk industri modern.
Sebelumnya, Ragusa pernah memiliki
hingga 20 gerai di Jakarta, tetapi akibat kerusuhan 1998, sebagian besar tokonya tutup.
Kini, hanya satu gerai yang bertahan, tetap setia dengan konsep klasik tanpa
modernisasi berlebihan. Ragusa juga hanya menawarkan tujuh varian rasa utama, seperti
coklat, vanila, moka, stroberi, nougat, durian, dan rum raisin.
Meskipun tidak memiliki fasilitas modern seperti AC dan sistem antrean elektronik,
pengunjung tetap rela mengantre panjang demi menikmati es krim legendaris ini. Ragusa
telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Jakarta yang bertahan hampir satu abad.

Pertanyaannya, sampai kapan Ragusa mampu bertahan di tengah persaingan industri
makanan modern? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
(SI/Foto.ist)

@koranjokowi.com

@koranjokowi

HOME

@.koranprabowo.id

@koranprabowo.id

https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737

Please follow and like us:
error0
fb-share-icon20
Tweet 20
fb-share-icon20

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Anda suka dengan berita ini ?