Koranprabowo.id, Jadoel :
Istilah “pribumi/inlander” yang diberikan orang Belanda kepada kita mengacu pada penduduk asli yang berbeda dengan kaum Eropa khususnya orang Belanda saat itu, Istilah “inlander” memiliki konotasi merendahkan dan menempatkan penduduk asli di bawah status warga negara Belanda
Foto ini mungkin tampak biasa bagi yang tak memperhatikan dengan saksama dimana 2 orang ‘inlander’ ini memanggul tandu, yang di atasnya duduk seorang perempuan Belanda tua dengan anggun, diiringi oleh dua wanita lain bergaya kolonial. Namun terpatri jejak luka yang dalam dari masa penjajahan Belanda di Nusantara.

Gambar ini adalah representasi nyata dari ketimpangan sosial dan kekuasaan kolonial. Dalam sistem yang dibangun oleh kolonialisme, rakyat pribumi tak hanya dijajah secara politik dan ekonomi, tetapi juga dalam tubuh dan tenaga. Mereka dijadikan alat transportasi hidup, mengangkat tubuh penjajah melintasi alam mereka sendiri, di tanah leluhur mereka sendiri.
Perhatikan ekspresi wajah para pemanggul tandu—tenang, tapi menyimpan kelelahan yang tak terucap. Mereka tidak hanya membawa tubuh sang nyonya, tapi juga memikul simbol penindasan dan dominasi. Dalam pakaian lusuh dan kaki telanjang, mereka berdiri kontras dengan pakaian bersih dan sepatu rapi para wanita Eropa di belakang. Foto ini seakan ingin menunjukkan siapa “tuan”, dan siapa “pelayan.”

Nama Inlanders populer di abad ke-19 seringkali disebut dengan istilah Indonesiërs (“orang Indonesia”) adalah satu dari tiga kelompok penduduk Hindia-Belanda sesuai undang-undang tahun 1854 versi mereka. Inlander boleh juga bermakna “ejekan” penjajah Belanda pada kaum pribumi. Di mana kita hanya dinilai dari warna kulit bukan dari martabatnya.
(Red-01/Foto.ist)



GIBRAN – DEDI MULYADI2029: https://www.facebook.com/groups/1352370806000370
KORANPRABOWO FB : https://www.facebook.com/profile.php?id=61557277215737


