Koranprabowo.id, Mistis :
“Segitiga Gunung Gede” secara umum dikenal sebagai jalur pendakian ke Gunung Gede, yang diapit oleh tiga Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Rute ini seringkali menjadi pilihan pendaki pemula maupun berpengalaman karena tantangan yang bervariasi dan pemandangan yang indah.
Namun dari sudut ‘dunia lain’, segitiga ini lebih luas wilayahnya yaitu meliputi Gunung Gede (2.958 M), Gn. Halimun (1.929 M) dan Gn. Salak (2.211 M), dimana termasuk didalamnya Gn.Pangrango (3.203 M), Gn.Papandayan (2.665 M), Gn. Ciremai (3.075 M), dsb. Segitiga ini dikenal sebagai wilayah utama ‘ghoib’ Kerajaan Prabu Siliwangi – Raja Pajajaran. Jika sebagian orang menganggap beliau telah meninggal kalau pun tidak tahu dimana makamnya, Prabu Siliwangi, yang juga dikenal sebagai Sri Baduga Maharaja, yang memimpin Kerajaan Pajajaran thn.1482-1521 ini ‘moksa/nga-hyang/menghilang’ atas ijin Allah SWT (Jangan lupa beliau muslim sejak usia 22 thn karena menikah dengan Nyai Purbalarang) diantara thn.1521 dan lokasinya di ‘Segitiga’ itu.


Konon ‘Segitiga’ itu dijaga oleh Eyang Suryakencana, Putra dari Dalem Ciakundul atau Rd. Arya Wiratanudatar, pendiri Cianjur dan juga Bupati Pertama Cianjur, hasil dari pernikahannya dengan Putri Jin dari kerajaan Jin Gunung Gede. Masyarakat percaya bahwa Eyang Suryakencana adalah bangsa Jin, dan masih bermukim disana dan menjadi penguasa bangsa Jin disana. Juga ada kehadiran Eyang Semar disana sehingga kemudian ada tumbuhan kantong semar yang ‘memakan’ serangga untuk bertahan hidup.

Yang terlupakan juga diantara wilayah segitiga itu khususnya dikawasan Puncak pass terdapat TUGU SUKARNO (TARUNA GIRI) yang diresmikan Pres. Sukarno thn.1955 yang bertujuan untuk menjaga kawasan dengan baik.

Segitiga itu juga kaya akan mistis sampai saat ini, salah satu buktinya adalah kecelakaan pesawat Shukoi Superjet 100 buatan Rusia thn.2009 di lokasi itu, yang menghantam dinding Gn.Salak tgl. 9 Mei 2012 dengan korban tewas 46 orang sekitar pkl.15.20. Pesawat seakan tersedot magnit besar dan merusak sistim navigasi.
Saat itu pesawat sedang terbang di ketinggian 10 ribu kaki di atas wilayah Bogor. Dan pada pukul 15.30 WIB, pilot meminta izin untuk menurunkan pesawat di ketinggian 6.000 kaki dan sejak saat itulah hilang kontak. Pesawat Sukhoi Superjet100 ini berada di Indonesia untuk melakukan tes terbang. Pesawat penumpang ini sedang ditawarkan ke maskapai penerbangan di Indonesia.
Hal lain, disebutkan jika salah satu kesalahan manusia adalah pilot Sukhoi, Aleksandr Yablontsev, ternyata sedang asyik mengobrol dengan penumpang sebelum menabrak Gunung Salak

Aleksandr Yablontsev, sang pilot Sukhoi, menurunkan ketinggian dan kecepatan pesawat hingga 290 knot atau 537 KM/jam, separuh dari kecepatan maksimum. Saat itulah, Yablontsev terakhir kalinya berbicara dengan petugas menara pemantau.

Sejak terjadinya kecelakaan, tim SAR yang terdiri dari TNI/Polri, relawan dsb pun berbegas kesana. Namun karena susahnya medan yang harus ditembus, hujan, kabut dan kemiringan tebing sekitar 80 derajat, membuat pertolongan ke tempat kejadian menjadi lambat.
Di medsos pun beragam aksi para indigo dan paranormal sebagaimana diatas tadi, seorang anggota Tim SAR dari Brimob Detasamen Pelopor Cikeruh mengaku mendengar suara jeritan wanita yang meminta tolong. Suara tersebut terdengar ketika Brigadir Satu Agus Supriatna sedang mencari kayu bakar pada Kamis malam, 10 Mei 2012 sekitar pukul 20.10 atau hampir 10 jam sejak kecelakaan di sekitar lokasi kecelakaan Sukhoi.

Pilot , pramugari dan staf Sukhoi (?)
Beredar pula ‘pengakuan’ seorang tim SAR yang pertama kali diterjunkan ke Gunung Salak menceritakan pengalamannya saat berada pada ketinggian 1.700 kaki, pos terakhir tak jauh dari titik koordinat pesawat jatuh. Ia dan sekitar sembilan anggota regu lainnya saat tertidur karena kelelahan. “Kami mimpi basah secara bersamaan,” kata dia.

Disebutkan, mereka masuk istana megah dan dijamu sekumpulan wanita cantik disana hingga diajak berkencan. Ada juga yang berceritera bertemu seorang nenek-nenek berusia sekitar 80 tahun di puncak gunung tersebut. Perempuan tua yang sudah bungkuk itu berjalan sendirian . “Kami tanya mau ke mana Nek, dia bilang hanya jalan-jalan,” katanya. Saat ditanyai di mana tempat tinggalnya, wanita tua itu hanya menjawab, “Di sana, Nak.” Nenek itu menunjuk lokasi jatuhnya pesawat.

Beredar pula , ceritera masyarakat bahwa malam kejadian terdengar auman ‘maung’ yang menggema lama dikawasan itu, kebetulan dia baru pulang bepergian namun saat ditanya temannya menjawab tidak mendengar.
Ada pula yang mengatakan sejak sore hingga magrib sebelumnya, terdengar suara – suara khewan seperti elang jawa, monyet, dan kelelawar yang jumlahnya ribuan berterbangan panik sekitar lokasi. Juga bau hio/menyan.
Wallahualam bishowab, Al fatihah dan doa terbaik untuk semua korban semoga Allah SWT – Tuhan YME kiranya memberikan tempat yang layak disurgaNya, dimaafkan segala khilap. Aamiin YRA.
Terima-kasih para tim SAR -TNI/Polri, relawan dsb..
(Red-01/Foto.ist)








