Koranprabowo.id,
Letnan Kolonel Inf. (Purn.) Rodes Barendrecht “Rokus” Visser lahir di Vooskop Belanda, 13 Mei 1914 adalah mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL dan komandan Kopassus pertama.
Terlahir sebagai putra seorang petani Tulip yang sukses. Selepas menyelesaikan kuliahnya, Visser muda membantu ayahnya berjualan bola lampu di London. Ketika itu perang dunia kedua dimulai dan karena tidak bisa pulang ke Belanda yang dikuasai oleh Jerman, Visser mendaftarkan pada dinas Ketentaraan Belanda yang mengungsi ke Britania dan membentuk kekuatan baru di sana. Setelah itu dia ditugaskan menjadi sopir Ratu Wilhelmina.

Karena dianggap berprestasi maka dia disekolahkan di Sekolah Perwira sebelum dikirim ke Asia. Selanjutnya Viser dikirimkan ke Sekolah Pasukan Para di India dan dimaksudkan bergabung dengan pasukan untuk memukul kekuatan Jepang di Indonesia.

Karena keadaan di Belanda sedang kacau dan mereka tidak mampu mengirimkan pasukan dari Eropa ke Indonesia, maka mereka berusaha membentuk kesatuan unit khusus di India dengan mendirikan School voor Opleiding van Parachutisten (sekolah pasukan terjun payung) yang dipimpin oleh Letnan Visser dan pasukan ini dikirim ke Jakarta pada 1946. Sekolah ini kemudian di pindah ke Jayapura (Hollandia) di Irian Jaya yang waktu itu dinamakan Dutch West Guinea oleh Belanda, menempati sebuah bangunan rumah sakit Amerika yang telah ditinggalkan oleh pasukan Douglas MacArthur dan tahun 1947 pindah ke Cimahi kemudian banyak melahirkan tentara terjun payung sampai saat di mana Belanda harus menyerahkan kekuasaannya kepada Republik Indonesia.

Istri dan ke-3 anaknya tidak mau ikut dan bercerailah mereka, Viser pun pindah ke Bandung, bertani bunga di Pacet, Lembang, memeluk agama Islam, menikahi kekasihnya yang orang Jogja dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi (MID)


Pengalaman MID sebagai anggota pasukan komando pada Perang Dunia II telah menarik perhatian Kolonel A.E. Kawilarang untuk membantu merintis pasukan komando. Idjon Djanbi kemudian aktif di TNI dengan pangkat Mayor. Idjon segera melatih kader perwira dan bintara untuk menyusun pasukan.
Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) dengan Mayor Infanteri MID sebagai komandannya. Kemudian berlanjut hingga 25 Juli 1955 KKAD berubah namanya menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Yang menjadi komandan adalah Mayor MID yang juga merangkap sebagai Komandan SPKAD (sekolah Pasukan Komando Angkatan Darat) dibantu oleh Letnan LB Moerdani sebagai wakilnya.


Sepertinya ada rival di pusat yang menghendaki RPKAD ke orang asli pribumi kalau pun MID sudah WNI dan hal tersebut tercium oleh mayor Djanbi, bahkan MID ditawarkan jabatan baru yang jauh dari pelatihan komando, Mayor MID marah dan meminta pensiun dan diberi jabatan mengepalai perkebunan milik asing yg dinasionalisasi + tahun 1969 diberi kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel dan wafat tgl. 1 April 1977 di Yogjakarta. Dan saya tidak tahu apakah ini di TM Pahlawan atau umum?
‘Inalillahiwainailaihi rajiun, surgalah tempatnya, Aamiin YRA.
(Red-01/Foto.ist)






