Koranprabowo.id, BelaNegara :
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman dan memiliki semangat toleransi yang kuat, tercermin dalam prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” dan Pancasila yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

Jika era Menparekraf – Wishnutama thn. 2019-2020 muncul lebih dari 3.419 Desa wisata diseluruh Indonesia , maka kiranya perlu dipikirkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo untuk banyak membangun KAMPUNG PANCASILA di thn.2025-2029.
Kampung Pancasila sendiri merupakan sebuah julukan untuk sebuah pedesaan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Desa tersebut ditunjuk untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam sebuah aktivitas sehari-hari.
Dibentuknya kampung tersebut untuk meningkatkan kerukunan dan sikap toleransi antar umat beragama sekaligus sebagai ‘benteng dasar desa’ membendung ajaran anti NKRI.
Sekaligus Kampung Pancasila ini dapat di-mix dengan konsep Desa Wisata dalam mendukung UMKM Desa mandiri, maju, modern dsb sekaligus melalui berbagai pelatihan keterampilan, dan mempromosikan produk lokal.

Dengan demikian, masyarakat dapat lebih mandiri secara ekonomi dan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Di Prov.Jawa barat ada 2 contoh Kampung Pancasila yang viral, yang pertama – Kampung Pancasila, Desa Sinarbaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Kab. Karawang, Jawa Barat. Kampung Pancasila ini awalnya bernama Dusun Saptamarga ini memiliki 350 KK (Kepala Keluarga) dan 1.500 jiwa jumlah penduduk dengan luas lebih dari 3 hektar. Namun kemudian thn.2016 masyarakat mengusulkan kepada pemdes, kecamatan, bupati sampai Presiden Jokowi untuk mengganti namanya menjadi Kampung Pancasila.

Yang ke-2 , Kampung Pancasila Desa Cemarajaya Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota Karawang. Desa Cemarajaya ini ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang sebagai lokasi pembangunan program TMMD Reguler Ke -116 TA. 2023 Kodim 0604/Karawang.

Dimana penduduk Desanya mayoritas etnis Tionghoa yang telah bermukim lama, wajah mereka berbeda dengan etnis Tionghoa pada umumnya, mereka agak hitam namun masih memiliki sipit dimatanya, serta bahasa keseharian yang digunakan adalah bahasa sunda, namun adat dan kebiasaan leluhur masih kental dalam diri mereka.

Ada juga Kampung Pancasila di Desa Kerta Buana. Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur. Daerah ini sering dihadapkan dengan konflik sosial seperti SARA. Namun Desa Kerta Buana mencoba mengangkat nilai kebhinekaan dan kebersamaan untuk menghindari konflik SARA tersebut.
‘Jadi mengapa harus malu dan ragu membangun Kampung Pancasila.
(Foto.ist)








